Kamis, 28 Agustus 2014

Seminggu di Incheon (3)

Setelah melewati hari pertama dengan sukses. Hari kedua justru dimulai lagi dengan kesuksesan terbesar saya sejauh ini yaitu telat sahur. Saya bangun pukul 03.15 sedangkan waktu Subuh adalah 03.25. Saya langsung berlari menuju tempat dispenser di luar kamar, menyeduh oatmeal, dan minum air putih sebanyak-banyaknya. Saya bersyukur karena 10 menit yang berharga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Usai dua rakaat Subuh, saya tidur lagi. Kabut mulai turun perlahan. 



Agenda hari Selasa ini adalah melanjutkan sesi training ke penggunaan aplikasi SOMS. Kelas dimulai pukul 09.30 dan berakhir pukul 16.30. Istirahat makan siang 12.30 – 14.00. Dengan jadwal seperti itu, saya bisa memanfaatkan waktu makan siang untuk tidur siang. Saya benar-benar menikmati  kebiasaan baru ini.

Sore ini, usai kelas berakhir sesuai jadwal, beberapa dari kami berencana untuk pergi ke kota. Saya sendiri berencana jalan-jalan di sekitar Incheon Airport saja. Kami pergi naik shuttle jam 17.15 menuju airport. Niat semula untuk hanya sampai ke airport terpaksa saya batalkan karena desakan teman-teman untuk bersama-sama pergi ke kota. Kami pergi ke kota dengan subway train. Saya tidak tahu jelas tujuan kami, beberapa rekan dari Afrika mengincar diskon 50% toko bernama Yoghwa. Letaknya dekat Hongik University.



Mimpi tinggal mimpi. Saya masih ingat mimik wajah rekan-rekan dari Afrika itu ketika si pelayan toko berkata, “We didn’t sell phone to foreigners. Sorry.”. Pengalaman adalah guru yang paling baik. Tahun 2012 lalu, pengalaman seperti ini sudah saya alami sendiri di Medan. Hanya saja, Indonesia mengizinkan siapapun membeli barang elektronik apapun yang diinginkan. Selama untuk tujuan pribadi. Satu hal yang perlu saya ingat kembali bila suatu saat nanti pergi bersama orang-orang daro Afrika.

Untuk urusan seperti itu, saya lebih dulu paham. Perjumpaan yang berlanjut dengan obrolan seputar kehidupan di Korea dengan teman-teman TKI sepulang Pemilu di Kedubes RI sangat membantu. Mereka sudah lebih dahulu mewanti-wanti saya perkara sarana komunikasi. Orang asing di Korea tidak mudah untuk mendapatkan nomor ponsel lokal. Tidak seperti di Thailand dimana nomor ponsel khusus turis dijual di toko-toko waralaba. Seorang teman TKI menawarkan untuk membeli nomor lewat dirinya menggunakan identitas Alien Card miliknya. Harganya sekitar 20.000 KRW. Nomor itu bisa langsung aktif sepanjang tidak diaktifkan pada hari Minggu karena operator selular libur pada hari itu.

Kami pun berpisah dengan teman-teman Afrika itu yang masih penasaran dengan electronic stuff. Saya hanya berjalan-jalan saja sambil mencari makanan untuk buka puasa. Dalam perjalanan menuju stasiun, saya mampir gerai Subway dan membeli sandwhich. Saya ditemani Fuad dari Yaman dan Sami dari Tunisia. Kami bertiga pulang dengan keadaan lelah. Kami sempat menawar taksi untuk mengantar kami hingga ke Academy. Tidak ada taksi yang mau. Barangkali karena memang lokasi IAAA masih jauh dari Incheon Airport. Kami pun naik subway dan taksi menuju IAAA. Kami tiba pukul 10.15.

Saya menutup hari dengan shalat Maghrib dan Isya yang di jamak. Kemudian sukses tertidur hingga alarm mengingatkan waktu sahur tiba. Saya menyantap sahur dengan menu yang sama lagi. Rendang dan oatmeal.
Jam Malam

Saya mulai terbiasa dengan rutinitas di Academy. Masuk kelas pukul 09.30. Tidur siang pada saat lunch break, dan bubaran kelas jam 16.30. Kompensasi kurang tidur bisa dibayar lunas dengan tidur siang. Satu pengumuman penting datang dari Nick. Ia mendapat informasi bahwa peserta dari Afrika kembali ke Academy pada pukul 01.00 dini hari. Nick meminta kami untuk mematuhi jam malam disini yaitu pukul 22.00. Nick khawatir petugas dari MOLIT yang mensponsori kami tahu mengenai hal ini dan mengevaluasi kembali sponsorship mereka untuk program Fellowship Training ini selanjutnya.

Rabu sore ini, Fuad meminta saya untuk pergi ke Itaewon. Saya bercerita kepadanya bahwa di Itaewon ada masjid dan juga tempat yang tepat untuk menemukan makanan yang halal. Sami pun setuju untuk ikut dengan kami. Kami naik subway menuju stasiun Itaewon dan berjalan kaki 10 menit sebelum tiba di Masjid Itaewon. Setelah melihat-lihat, kami pun segera mencari tempat makan.


Ada rumah makan yang menyediakan menu Indonesian Food, Indian cuisine, dan Turki. Fuad yang berlidah Arab agak lama menentukan pilihan. Tidak seperti saya dan Sami yang pemakan segala. Kami pun sepakat untuk makan di Little India Restaurant. Dengan ramah, sang pemilik restoran mengatur meja kami dan menanyakan apakah ada dari kami yang berpuasa. Saya pun segera menjawabnya. Rupanya, pengunjung yang sedang berpuasa akan mendapat tajil. And you know what? Menu tajil yang disediakannya sudah serupa menu utama buka puasa saya di Indonesia. Kurma, buah, chicken drumstick minus nasi, dan sebotol susu murni beraroma strawberry.


Pesanan kami pun tiba 10 menit sebelum waktu buka puasa. Saya mempersilahkan Fuad dan Sami untuk lebih dahulu mencicipi Nasi Briyani, Lamb Vindaloo, dan Aloo pratha yang kami pesan. Mereka menunggu saya terlebih dahulu. Kami pun makan bersama tepat ketika adzan mengalun syahdu dari Masjid Agung Itaewon. Porsi yang besar membuat kami kewalahan. Usai makan kami pun tidak ingin melanggar jam malam yang sudah diumumkan Nick. Kami kembali ke Academy dengan perut kenyang dan penuh dengan nasi. Akhirnya, kami tiba kembali di Academy tepat pukul 22.30.


Closing Dinner

Materi hari Kamis ini adalah implementasi SMIS, singkatan dari SARPs Management Information System. Rupanya, Republik Korea berhasil menjalin kerjasama dengan Tim IT ICAO untuk kepentingan mereka. Korea berhasil membuka server ICAO untuk secara langsung bertransaksi dengan server mereka. Artinya, Korea tidak perlu lagi mengakses ICAO CMA via server ICAO. Mereka hanya tinggal masuk melalui SMIS yang terintegrasi dengan NARMI (National Aviation Resources Management Information). Semua menu SMIS sudah disesuaikan dengan isi ICAO CMA sehingga meniadakan kemungkinan duplikasi informasi. Begitu juga dengan urusan security yang lebih ketat.

Saya memang sudah tidak asing lagi dengan ICAO CMA sejak ditunjuk menjadi NCM Assistant pada April 2012 lalu. Hanya, beberapa bulan terakhir ini saya mulai aktif bermain di ICAO CMA Online Framework (OLF). Hal itu juga yang mengantar saya hingga ke IAAA ini sebagai satu syarat aplikasi untuk mendapat Fellowship.

Seharian ini kami belajar menggunakan SMIS. Kami jadi tahu bagaimana Korea membuat segala sesuatunya lebih simpel dan terintegrasi dalam satu online workspace. Saya sedikit takjub dengan usaha Korea ini. Perlu waktu tiba bulan untuk meyakinkan ICAO agar mau membuka servernya. Demikian, ucap seorang programmer disana.


Rasa lelah hari ini terbayar dengan sebuah makan malam di Gimpo Airport. Nick segera mengurus keberangkatan kami menuju Gimpo Airport. Kami akan makan malam di satu restoran disana. Kami pun diberi waktu satu jam untuk melihat-lihat pusat perbelanjaan yang ada di Gimpo Airport. Ada Airport Outlet yang berada di dalam komplek airport dan Lotte Department Store di seberang.

Saya menghabiskan waktu sejam itu di Airport Outlet saja. Tidak terlalu mengecewakan, mereka punya banyak pilihan untuk belanja. Terutama sepatu olahraga. Beberapa brand sedang menggelar diskon. Lagi-lagi saya menjadi korban. Saya mampir ke outlet Adidas demi diskon 50% untuk Adidas ClimaCool Aerate III. Saya tidak bisa menahan godaan untuk menambah amunisi perlarian \:D/.


Waktu makan pun tiba. Closing Dinner dimulai sejak pukul 18.30. Saya berharap masih punya waktu untuk menikmati makan malam disini. Saya meminta pada Nick untuk merubah jadwal pulang ke Academy menjadi pukul 20.15. Ia pun mengiyakan dan saya punya 20 menit untuk menikmati menu buffet lines disini. Restoran ini bernama The Sky Onn. Pemandangan hiruk pikuk Gimpo Airport dapat dinikmati dari sini. Pilihan menunya beragam mulai dari Korean Cuisine, Chinese, Japanese, hingga Italian Food. Saya memilih spaghetti, jus aprikot, dan berbagai salad.

Kami kembali ke Academy dengan perut kenyang sehingga pulas tertidur. Saya tidak bisa tidur. Sesuatu mengganggu pikiran saya, entah itu rindu atau apa. Saya menerawang ke arah jalanan. Betapa hidup ini terasa begitu panjang.


Jung-gu, Incheon, 10 Juli 2014.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...