Minggu, 31 Agustus 2014

Seminggu di Incheon (4)

Terlambat saya sadari bahwa Jumat kembali menyapa. Saya tidak bisa merasakan aroma thank-God-it’s-Friday disini. Tidak ada suasana ceria yang khas dalam menyambut weekend yang segera tiba. Barangkali karena disini situasinya masih sama saja sejak kemarin.

Hari terakhir ini kami menyelesaikan beberapa modul yang tersisa. Jadwal hari ini pun hanya sampai lunch break. Setelah itu, rencananya kami akan menuju aula untuk closing ceremony. Ah, rasanya baru kemarin kami tiba disini dan kini kami dihadapkan pada kenyataan bahwa training ini akan segera berakhir, cepat atau lambat.

Usai kelas berakhir, kami kembali menjalankan kebiasaan yang sama untuk terakhir kalinya. Mereka akan makan siang di kafetaria sementara saya akan menuju ke kamar untuk tidur siang terakhir di Academy. Sabtu besok, Nick sudah memberi konfirmasi bahwa kami akan pergi ke Seoul bersama-sama dalam acara bertajuk Excursion Day. Itulah alasan kuat mengapa saya harus menikmati tidur siang terakhir di hari Jumat ini. Sedikit catatan, tidak ada masjid di sekitar IAAA. Maka saya menunaikan shalat di kamar seperti biasa.


Kami berkumpul kembali di aula. Masing-masing dari kami duduk termenung. Entah mengapa, rasanya aroma nostalgia di hari opening ceremony masih terasa. Rasa takjub yang belum usai itu kini mau tidak mau akan berakhir. Saya sendiri mengingat lagi apa yang saya lakukan di hari pertama kemarin. Berkenalan dengan seluruh peserta dan menjiwai dengan segenap perasaan konsekuensi tinggal di IAAA.

Tony sebagai Direktur IAAA kembali tampil dan mengutarakan kesannya pada Awardee ROK-ICAO Fellowship Training tahun ini. Ia cukup senang dengan apa yang kami berikan selama menjalankan training disini. Ia berharap kami mampu menjadi jembatan dan juga pionir dalam urusan safety data collecting. Ia juga berpesan bahwa IAAA membuka kesempatan untuk kolega kami untuk menjadi peserta di training lainnya yang diadakan di IAAA.



Satu perwakilan kami, Mr. Omari Mussa dari Republik Tanzania membawakan closing speech mewakili kami semua. Kami mengucapkan terima kasih atas segala keramahan dan fasilitas yang kami terima selama masa training. Kami juga meminta maaf untuk semua tindakan kami yang ‘agak’ menyulitkan pihak IAAA. Insiden Selasa malam kemarin kembali terbayang. Untung saja, perwakilan MOLIT tidak mengambil tindakan yang bisa membahayakan status kami sebagai awardee.

Saya bertemu dengan Nick dan Tony secara pribadi usai acara formal ini berakhir. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas segala perhatian dan pengertian mereka selama menjalankan ibadah shaum di Academy. Saya juga minta maaf apabila ibadah yang saya jalani membuat mereka merasa tidak enak.



Sebagai penutup, acara berlanjut ke penyerahan sertifikat dan kenang-kenangan dari IAAA. Perasaan saya campur aduk antara senang karena berhasil menyelesaikan training dan rasa betah yang mulai menghinggapi. Saya harus sadari itu dan kembali pada kenyataan. Bagaimanapun, saya harus kembali ke Indonesia. GA879 di Minggu pagi besok sudah menanti. It’s over when it’s over.


Dengan usainya closing ceremony, kami jadi punya waktu luang lebih banyak. Acara selesai pukul 15.00 Waktu Bagian Incheon. Beberapa teman segera bergegas ke kamar sebentar dan naik shuttle bus ke bandara. Sami dan Fuad tidak ada dalam rombongan. Saya akan berjalan-jalan sebentar di Incheon Airport. Namun, saya mampir dulu di sebuah supermarket Emart yang letaknya tak jauh dari Best Western Hotel tempat saya menghabiskan malam pertama di Incheon. Saya membeli tiga dus nasi instan, tiga varian teh Korea, dan empat potong pisang sebagai bekal berbuka.
 
Saya menumpang shuttle bus gratis yang beroperasi di sekitar bandara. Saya hanya perlu berjalan menyeberangi jalan raya di depan Emart menuju halte. Lima menit menunggu bis pun datang. Bis ini punya jadwal setiap 15 menit. Setibanya di airport, saya berjalan sendirian menuju beberapa bookshop. Barangkali ada kartu pos unik disitu.
 
Saya tidak menemukan kartu pos di dua bookshop yang saya singgahi. Saya mengitari airport untuk mencari gerai penjual makanan. Lumayan untuk menambah bekal pembatalan shaum nanti. Puas berkeliling, saya lagi-lagi tidak mendapatkan apa yang saya cari. Saya setengah berlari menuju area shuttle bus untuk naik bis jam 16.15.
 
Saya bertemu Fuad di halte dan dia mengajak saya jalan-jalan lagi. Saya meminta maaf bahwa ada yang harus saya kerjakan. Dia terlihat khawatir takutnya saya mendapat masalah. Saya jelaskan bahwa saya hanya akan membereskan bawaan saya sehingga esok hari saya tidak perlu berkemas lagi.
 
Saya kembali ke Academy sendirian lagi. Cuaca cerah. Saya sudah niat akan berlari di jogging track. Saya tidak akan memaksa untuk mendapatkan running distance maksimal. Saya hanya akan memanaskan badan saya yang selama di Academy ini tidak berolahraga sedikitpun.

Saya berlari mengelilingi Academy berteman sinyal wifi yang bertebaran di seluruh wilayah IAAA. Saya berlari dari jogging track di taman belakang menuju lapangan sepakbola, lapangan parkir depan, dan belakang gedung simulator, dan kembali ke jogging track. Saya menempuh jarak 2 kilometer lebih untuk dua kali bulak-balik mondar-mandir disini.
 
Saya bertemu dengan Ko, teman dari Laos yang sedang menikmati sore terakhirnya di Acedemy. Ia heran melihat saya yang berlari di sore seterik ini. Saya dapat menangkap ekspresi keterkejutannya. Mungkin dalam pikirannya, orang gila mana yang berpuasa dan tetap berlari dalam udara panas seperti ini.
 
Sore ini memang panas. Saya akui bahwa saya pun merasa kehausan dan tidak mampu menambah kecepatan lari. Saya juga merasakan kelelahan yang cepat menghinggapi otot-otot kaki. Saya tidak akan berhenti sebelum target dua kilometer ini selesai. Sensasi berlari di IAAA akan selalu jadi highlight dalam catatan perlarian saya sejauh ini. Angin dari bukit yang turun perlahan memang membuat perut saya agak berontak. Saya selesai pukul 17.00 dan langsung kembali ke kamar bersama teman-teman yang baru pulang dari Emart.
 
Saya mandi air hangat, mengalirkan air hangat pada kaki-kaki saya yang mulai lemas usai berlari.  Saya duduk manis menunggu waktu berbuka tiba sambil menonton variety show di televisi lokal. Tak lupa sambil streaming Radio B 95.6 Bandung FM yang menayangkan acara ngabuburit. Saya tertidur sebentar. Buka puasa terakhir di Academy ini saya habiskan dengan satu cup nasi instan, satu buah pisang, sepotong daging rendang, dan air hangat.
 
Menutup malam, saya merapikan surat yang saya tulis untuk Ella yang 7.200 km lebih jauhnya dari Incheon (kira-kira dari PIM 1 ke Incheon berapa km ya?). Saya posting di blog dan langsung di share ke akun social media. Rintik hujan ikut mengantar surat saya malam ini. Saya tidak tahu kapan saya tertidur, yang jelas Piala Dunia 2014 pun akan segera berakhir. Argentina dan Jerman akan saling bertemu. Satu ajang pembuktian, apakah sang Messias akan benar-benar menyelamatkan Argentina dari gempuran panser-panser muda Jerman.

Life is very long, and i miss you so much.


Jung-gu, Incheon, 11 Juli 2014.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...