Jumat, 27 Maret 2015

99 Cahaya di Langit Eropa: Sebuah Kesan

Akhirnya, saya tidak pernah jadi untuk membeli buku ini. Satu dan lain hal membuat saya mengesampingkan buku ini untuk dibaca. Walau memang buku yang judulnya selalu saya plesetkan menjadi ’99 Kastangel di Langit Eropa’ ini terus membuat saya penasaran. Satu waktu, ketika sedang membereskan buku-buku bacaan, saya menemukan buku dari Harum Rais dan suaminya ini. Rupanya, istri saya sudah lebih duluan tamat. Alhasil, seminggu yang lalu, saya berhasil menamatkan buku ini.

Tadinya, saya akan menuliskan kesan pembacaan serupa resensi yang biasa saya tulis disini. Namun, saya lebih tergelitik untuk membuat satu “sikap” saya atas segenap ‘pro dan kontra’ atas buku ini yang dimulai dari sebuah komentar di Goodreads. Saya tidak akan memberi pembelaan maupun penilaian apapun karena buku sebagai produk sastra akan mati begitu terbit dan dibaca khalayak.

Ada pembaca 99 Cahaya di Langit Eropa yang menganggap buku ini sebagai buku yang tidak jelas karena termasuk buku yang tanggung. Tanggung kenapa? Buku ini bukan buku traveling pun bukan buku catatan perjalanan. Lantas, ada juga pendapat yang menyebutkan buku ini ‘agak lebay’ dan terlalu drama, terutama pada adegan si penulis di Granada. Tindakannya meminta izin untuk shalat dua rakaat di Masjid peninggalan masa kejayaan Islam yang kini berwujud gereja itu dianggap berlebihan.

Personally, saya hanya menganggap buku ini sebagai memoir dari penulisnya. Memoir yang sengaja ditulis sebagai monument kesaksian atas segenap perjalanannya menapaki sisa-sisa pecahan sejarah kejayaan Islam di Austria, Paris, Spanyol, dan Turki. Sejak memoir adalah kesan pribadi penulisnya maka sah-sah saja bila apa yang ditulis si penulis memang terkesan personal. Mau kisah yang dimuat itu lebay selebay-lebaynya drama pun terserah si penulis, karena memoir mengangkat isu yang personal. Saya sendiri pun agak terganggu dengan penggunaan pilihan kata “Jemaah” untuk “Jamaah” di sepertiga bagian akhir buku.

Tolong jangan lupakan juga peran editor dalam proses penerbitan buku ini. Editing buku ini dibuat sedemikian rupa hingga sampai ke mata pembaca dan menimbulkan beragam kesan pembacaan. Bagaimanapun, buku ini berhasil diangkat ke layar lebar dan menuai kesuksesan (untuk ukuran box office di Indonesia). Artinya, kisah yang terangkum dalam memoir memiliki muatan nilai dan pesan yang patut jadi cermin untuk kyalayak.

Terlepas dari paragraf-paragraf sebelumnya, buku ini memang layak dibaca oleh mereka yang mengagumi sejarah kisah kejayaan Islam dan berusaha menggali nilai-nilai maupun pelajaran dari sana. Tidaklah terlalu salah bila kemudian buku ini mengajak pembacanya untuk kembali mentafakuri diri, mengetahui dari mana kita berasal, hingga bersiap pada hari dimana kita semua kembali kepadaNya.

Judul        : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis     : Hanum Salsabila Rais
Penerbit   : Gramedia Pustaka Utama
Tebal        : 340 hal.
Tahun       : 2013
Genre       : Memoar-Sejarah Islam


Medan Merdeka Barat, 27 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...