Rabu, 27 Mei 2015

Sedang Tuhan Pun Cemburu

Lagi, Emha melontarkan kritik sosialnya. Selain budaya seks bebas yang mulai menjalar di kotanya, satu yang perlu saya cermati lagi adalah soal pemurnian agama Islam yang cenderung mematikan kreativitas dalam beragama. Emha rupanya tidak tahan pada proses pemurnian itu yang cenderung meniadakan kemesraan antara seorang hamba dengan Tuhannya.


 
Esai-esai yang ditulis oleh Emha Ainun Nadjib dalam buku ini, merefleksikan betapa panjang pertanyaannya atas hidup. Emha tak hanya melihat pola interaksi antara manusia dengan Tuhan yang semakin mengabur, tetapi juga semakin tersingkirnya manusia dari strata-strata sosial yang mereka bentuk sendiri.

Harus diakui bahwa membaca buku ini tidak mudah. Selain jumlah halaman yang panjang, ada beberapa konteks peristiwa yang harus kita pahami. Untuk itu, memungkinkan beberapa tulisan perlu dibaca berulang kali. Judul buku ini adalah sama dengan sebuah artikel didalamnya. Emha melukiskan bagaimana cemburunya Tuhan kepada manusia. Masih sama dengan buku edisi pertama yang terbit tahun 1990-an.

Saya senang pada buku yang terbit setelah Anggukan Ritmis Pak Kiai ini, editor entah penulisnya sendiri menambahkan identitas pada akhir tulisannya. Bagi saya, waktu ketika tulisan itu dibuat adalah satu penanda zaman, agar tidak salah memaknai isi tulisan tersebut. Pun, dengan penamaan bab-bab yang unik. Tidak percaya, silahkan cermati sendiri. Saya yakin, ada muatan filosofis dibalik itu semua.


Judul        : Sedang Tuhan Pun Cemburu
Penulis     : Emha Ainun Nadjib
Penerbit   : Penerbit Bentang
Tebal        : 456 hal.
Tahun       : 2015
Genre       : Sosial-Budaya


Dharmawangsa-Serpong, 27 Mei 2015.





 

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...