Jumat, 30 Desember 2016

Komik Perang Gaya Amerika

Courtesy: www.goodreads.com
 
Saya pikir pada awalnya buku ini hanyalah komik biasa yang bercerita soal pertempuran-pertempuran yang sudah dilalui oleh militer Amerika Serikat (USA). Saya yakin akan ada banyak cerita tentang kejayaan negeri Paman Sam di setiap kancah pertempuran yang dihadapinya. Namun, saya ternyata salah. Komik ini menjadi semacam anti-hipotesis dan kritik bagi seluruh pembenaran militer USA dalam setiap keterlibatan mereka dalam beberapa konflik bersenjata.
 
Serangan 11 September 2001 hanyalah gerbang lain dari sifat kecanduan pemerintah USA terhadap perang. Sifat yang sudah bertahan sejak dua abad lebih, dimulai dari perang Indian hingga pendudukan terhadap Afghanistan. Buku ini diawali dengan pengungkapan tentang ‘Manifest Destiny’, sebuah paham yang menjadi dasar penaklukan dan penguasaan. 

Fakta-fakta lain kemudian bergulir. Militer USA turut berperan dalam konflik bersenjata di beberapa negara kawasan Amerika Tengah dan Selatan. Perang Dingin dengan Rusia pun menjadi agenda besar yang mau tidak mau harus dimenangkan demi sebuah tatanan dunia baru. Terorisme adalah isu baru yang menjadi pembenaran bagi mereka untuk ‘mengamankan’ dunia. Konflik berkepanjangan di Timur Tengah masih belum akan menemukan solusi. 

Kembali ke awal, sebenarnya keterlibatan militer dalam setiap urusan USA adalah tidak murni didorong oleh urusan militer itu sendiri. Umpamanya, ancaman dari pihak luar. Namun, kepentingan pemodal yang didorong modal besar dan nafsu kepemilikan pasar turut menjadi faktor utama yang jadi latar belakang utama keterlibatan militer. Belum lagi, kepemilikan pemodal atas media juga turut menentukan  wacana yang berkembang di seantero negeri. Propaganda militer menjadi lebih terarah seiring dengan opini yang berkembang di masyarakat mereka. Sempurna!

Komik ini setidaknya menjadi obat pelawan lupa bagi mereka yang masih ‘sadar’ akan kemanusiaan. Gejolak perlawanan muncul juga dalam masyarakat Amerika Serikat. Namun, gaungnya tidak sebesar propaganda penguasa. Melalui komik ini, kita sebagai warga negara Indonesia wajib merenungi imbas dari propaganda dan kampanye global tersebut. Apakah bangsa kita ini sedang dijadikan the next target atau malah sudah dan sedang menjalani ‘perang’ yang dimaksud?

Saya sendiri mencermati beberapa hal selain yang sudah disebutkan diatas. Bahwa, untuk USA cara mereka untuk menguasai satu wilayah; entah negara atau bangsa, adalah melalui perang. Tentu penguasaan satu wilayah tersebut akan relatif lebih mudah bila semua isinya sudah dihabisi. Kalau sudah begitu, tinggal menjalankan apa yang sudah digariskan dan jadi tujuan. Eksplorasi sumber daya alam, sebut saja minyak, misalnya. Sebuah pola pikir barbar yang sayangnya masih bertahan hingga saat ini.

Anyway, menarik juga untuk membaca beberapa testimoni yang menghiasi komik ini. Saya tidak menyangka bahwa Martin Sheen, aktor dalam film Hot Shot, parodi dari Top Gun, ikut berkomentar dalam testimoninya disini. Bagaimanapun, penolakan terhadap perang akan selalu ada. Sebagaimana desingan peluru di Timur Tengah. Hingga batu bicara, barangkali.

Judul           : Nafsu Perang: Sejarah Militerisme Amerika di Dunia
Penulis        : Joel Andreas
Penerbit      : Profetik
Tahun          : 2004
Tebal          : 82 hal.
Genre          : Sejarah-Amerika Serikat
 

Cipayung, 28 Desember 2016.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...