Kamis, 31 Agustus 2017

Dilan 3

Aku ingin bercerita kepadamu tentang diriku, karena aku adalah karakter utama di dalam cerita hidupku sendiri. Hidupku adalah ceritaku. Diriku adalah diriku.

Sumber gambar: www.goodreads.com
Buku terakhir dari serial trilogi Dilan karya Pidi Baiq ini hadir dengan judul “Milea: Suara dari Dilan”. Seakan-akan buku ini ingin bicara bahwa isinya adalah sebuah ‘pembelaan’ dari Dilan. Ah, nampaknya terlalu berat bila dinamakan sebuah ‘pembelaan’. Let’s just say this is a clarification. Ya, sebuah klarifikasi dari Dilan. Untuk isi buku pertama dan kedua, sila tengok pranala luar yang ada dalam blog ini. 

Prasangka, betul-betul bisa mempengaruhi keyakinan. Mempengaruhi persepsi dan menimbulkan pikiran negatif.

Jangan heran bila pembaca yang budiman sudah disuguhi quote pendek dari Dilan: “Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu.” Membuat angan-angan pembaca setidaknya lari ke arah pembayangan perpisahan antara Dilan dan Milea. Bukankah dalam buku kedua hal itu sudah ditengarai oleh Milea?

Saya setuju bila buku ini adalah sebuah klarifikasi dari Dilan, sang penutur utama. Dilan memberikan semua penjelasan mengenai semua yang sudah ia lakukan bersama Milea, termasuk semua yang sudah dituturkan Milea dalam buku terdahulu. Klarifikasi yang Dilan berikan dimaksudkan agar pembaca yang budiman sekalian dapat lebih memahami lebih dari apa yang telah Milea ungkapkan.

Kamu boleh bebas berpendapat tentang diriku, bahkan dengan penilaian yang terburuk sekalipun karena aku percaya, di dalam caranya masing-masing, setiap orang melakukan kesalahan. Dan, setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk dimaafkan.

Saya tidak mau memberi nilai bahwa serial ini adalah sebuah kisah romantis antara sepasang anak manusia yang dirundung cinta. Sekilas mungkin tidak salah bila pembaca berpendapat demikian. Namun, bila dipandang dari sisi biografis, trilogi Dilan-Milea ini tidaklah terlalu salah juga. Pun bila, penulisan yang dirangkai dengan ragam bahasa tutur seperti layaknya membaca sebuah buku harian. 

Jalanilah hidupmu dengan mengacu kepada pikiranmu sendiri tanpa harus memaksa orang untuk berpikir yang sama dengan dirimu.

Saya tidak mengharapkan sebuah kejutan dari buku ini. Bila akhirnya difilmkan, itu urusan lain. Biar Dilan dan Milea hidup sebagai tokoh abstrak dalam khayal semata. Yang jelas, kehadiran sesosok Cika dalam hidup Dilan cukup membawa arah kisah ini ke arah yang seharusnya: Perpisahan.

Judul            : Milea: Suara dari Dilan
Penulis         : Pidi Baiq
Penerbit       : Pastel Books
Tahun           : 2016
Tebal           : 357 hal.
Genre          : Sastra Indonesia - Novel



Cipayung, 25 Agustus 2017

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...