Selasa, 05 Januari 2010

Catenaccio Gus Dur (Alm) dan SBY

Konon katanya yang membuat seseorang tidak mudah dilupakan adalah kebaikan-kebaikannya yang ditinggalkan termasuk segala macam kontroversi yang melingkupinya. Begitupun dengan Gus Dur, yang tidak pernah lepas dari kontroversi terlebih lagi sejak menjabat Presiden RI masa bakti 1999-2001. Perdebatan mengenai keputusan-keputusannya semasa menjabat menjadi bukti bahwa bangsa ini sedang menjalani dinamika demokrasi yang terombang-ambing.

Beragam keputusan seperti penghapusan TAP MPR mengenai Tahanan Politik, Penetapan Imlek sebagai hari libur nasional, dilarang bersekolah di bulan Ramadhan, dan yang tak kalah tentunya adalah agenda perjalanan ke luar negeri, 80 negara dalam 20 bulan masa jabatan, adalah bukti dari sekian banyak isu-isu kontroversial dalam masa pemerintahannya. Skandal terbesar dalam masa pemerintahannya adalah kasus Buloggate yang pengusutannya mirip kasus Century, memaksa DPR untuk membuat Pansus (Panitia Khusus) demi mencari titik terang dari masalah-masalah tersebut.

Dalam menghadapi serangan dari Pansus Buloggate konon Gus Dur menggunakan strategi catenaccio*) Made In Italia, untuk bertahan dari serangan pers dan Pansus Buloggate DPR. Catenaccio yang sempat jadi momok menakutkan dan membosankan bagi Johann Cruyff dan Beckenbauer tidak berkutik menghadapi serangan gencar kaum oposan waktu itu. Pertahanan Gus Dur kedodoran sehingga tidak ada celah untuk melakukan serangan balik.

Pada akhirnya, setelah melewati masa kritis dengan kasus Buloggate tahun 2001 akhirnya MPR mengadakan Sidang Umum Tahunan yang terselip di agendanya untuk membahas pelengseran Gus Dur dari tahta kepresidenan. Kemudian, Gus Dur pun dipaksa menyerah melalui mekanisme konstitusional dan untuk hal ini rasanya Gus Dur pantas menuding Megawati dan Amien Rais sebagai pihak yang paling bertanggungjawab yang ikut menjungkalkannya dari empuknya kursi presiden.

***

Catenaccio adalah sistem yang tidak disukai di dunia sepakbola karena watak defensifnya yang ekstrem. Berkaca dari pengalaman, SBY mampu dan bisa saja mengikuti Gus Dur untuk menggunakan strategi catenaccio yang sama, mengingat pertahanan SBY kini juga digempur dari segala arah. Kemelut pencurangan hasil pemilu serta alur dana kampanye yang disinyalir berasal dari berbagai pihak yang berkepentingan dengan kekuasaan menguap begitu saja dengan analogi Daud vs Goliath versi binatang-cicak dan buaya yang melibatkan dua institusi penegak hokum negera, KPK vs POLRI. Setelah cicak dan buaya kembali ke alamnya masing-masing, Badai Century melanda pemberitaan pers dan media massa. Mencoba jadi senjata kaum oposan Pansus DPR dengan menohok SBY dan jajaran kabinetnya sebagai orang yang juga harus ikut bertanggungjawab atas bocornya uang Negara. Belum juga reda badai Century, kini si Gurita dari Cikeas ikut menampakkan dirinya untuk mendapatkan sensasi popularitas dan tentunya keuntungan finansial yang berlipat.

Dengan kondisi dan kenyataan seperti itu, SBY harus pandai-pandai menggunakan skill manajerialnya agar catenaccio yang digunakannya berjalan dengan efektif sesuai dengan prinsip dasar catenaccio: bertahan dengan menggerendel lawan, lalu mencari sela-sela untuk secepat mungkin menggebuk gawang lawan. SBY harus menemukan pemain yang kreatif untuk menerjemahkan taktik bertahan yang sangat defensif agar penyerang lawan kehabisan akal untuk tetap menyerang. Lalu, SBY juga harus jeli melihat pemain yang mampu mencari sela-sela dan keluar dari penjagaan pemain bertahan lawan untuk mengatur sebuah serangan balik yang dahsyat.

Namun, untuk sekedar mengingatkan bahwa kabinet SBY 2.0 saat ini diniliai tidak begitu tangguh dibandingkan dengan komposisi jilid 1 kemarin yang memang sesuai dan proporsional walau harus terus-terusan direshuffle. Komposisi kabinet saat ini hanya dipenuhi oleh kompromi politik yang berjuang atas nama kepentingan. Tidak ada persahabatan dan permusuhan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan. Tinggal bagaimana SBY menemukan cara lagi untuk bersama-sama mengandalkan taktik catenaccio yang selaras dengan kepentingan untuk kemenangan bersama.

Selamat bermain.




Pharmindo, 4 Januari 2009


*) lihat Kompas, Sabtu, 16 Desember 2000. Salinannya juga terdapat dalam buku “Bola-bola Nasib: Catatan Sepakbola Sindhunata”, Sindhunata, Penerbit Kompas, 2002



Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...