Rabu, 02 Mei 2012

Rumah Cokelat


We earn a living simply to live - (hal. 55)

Hannah Andhito, ibu seorang anak dan istri dari Wigra Andhito, menjalani kehidupannya dengan predikat perempuan bekerja yang terjebak dalam kompleksitas manusia modern. Kompleksitas yang melekat sebagai bagian dari kaum urban Ibukota. Tinggal di daerah pinggiran dengan mobilitas dan rutinitas yang menjenuhkan. Karenanya, ia seringkali kehilangan waktu untuk menemani Razsya.

Hannah kemudian menemukan tantangan dari babak kehidupan selanjutnya yang tidak pernah mudah. Membesarkan anak dan menemukan kembali gairah dalam pernikahan. Ketergantungan Razsya terhadap pembantu rumah tangganya, Upik, menghadirkan konflik tersendiri dalam batin Hannah. Hannah mulai menanyakan perannya sebagai Ibu. Kehidupan pernikahan yang telah dijalaninya pun ia coba untuk susun kembali demi sebuah kehangatan atas nama cinta.


Setelah berjibaku dengan beberapa kenyataan yang menyeruak dihadapannya, Hannah mengambil sebuah keputusan besar. Keputusan yang tidak pernah mudah. Hannah memutuskan untuk berhenti dari kantornya dan menjadi seorang freelancer agar mempunyai lebih banyak waktu bersama Razsya. Ujian sesungguhnya pun dimulai. Upik, memutuskan untuk berhenti bekerja. Sulit bagi Hannah untuk menerima kenyataan itu tapi ia harus merelakan Upik pergi. Maka sejak itu bertambahlah beban Hannah. Belum lagi perbedaan sudut pandang dalam membesarkan anak yang sering kali bertentangan dengan cara pandang mertua.

Untungnya, figur suami seperti Wigra cukup sabar dan telaten untuk menghadapi lika-liku kehidupan rumah tangga yang telah mereka bina.wigra mampu menjadi layar sekaligus haluan yang cukup kuat bagi Hannah. Wigra lebih dari sekedar figur suami idaman yang sangat sabar dan memahami perasaan istri.

Rumah Cokelat menawarkan pengalaman yang berbeda dalam memahami kehidupan berumah tangga. Konflik yang ada didalamnya pun sederhana dan seringkali dialami dalam keseharian. Konflik-konflik eksternal antara pasangan muda, kehidupan bertetangga, dan berdamai dengan cara pandang mertua hadir silih berganti ditambah masa lalu yang menyeruak kembali. Pun, konflik dalam diri Hannah yang tidak ingin diingat Razsya sebagai orang yang mampu membelikannya mainan saja.

Penuturan yang sederhana atas konflik yang disajikan membuat buku ini lebih mudah dicerna bagi siapa saja yang ingin menemukan makna dibalik sebuah potret kehidupan Penggalan konteks kehidupan dalam berumah tangga dalam Rumah Cokelat memberi nilai dan wawasan positif dalam menjalin mahligai rumah tangga. Marriage was never easy.

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

JADI IBU BEKERJA DI JAKARTA TIDAK MUDAH!

Agaknya, kalimat di bagian sampul belakang buku ini yang membuat saya tergerak untuk kemudian membacanya. Dari kalimat diatas, saya dapat mengambil kesimpulan awal bahwa Rumah Cokelat bercerita tentang seorang working mom yang tidak ingin kehilangan momen-momen kebersamaan dalam keluarga sekaligus tidak mau lepas dari kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri. Hipotesis itu ternyata tidak terlalu salah.

Mengejutkan rasanya untuk membaca buku yang mengalir seperti Rumah Cokelat ini. Seakan hanyut dalam gelombang kehidupan yang memang sangat dekat dengan keyataan sehari-hari. Fenomena yang kini banyak dialami oleh rata-rata perempuan bekerja. Dengan segala kompleksitasnya, hidup kemudian memberikan suatu pengalaman untuk menghandle itu semua.

Hannah, hanyalah figur kecil dalam kompleksitas manusia modern yang serba instan, serba cepat, dan serba artifisial. Hannah berhasil lepas dari jeratan yang mengantarkannya pada suatu pengalaman lain dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Membesarkan anak dengan segala kerumitan yang membutuhkan lebih dari sekedar ketelitian. Berjuang sekuat tenaga dalam ikatan pernikahan dengan segala konsekuensinya.

Rumah Cokelat berhasil menggambarkan suatu potret kehidupan yang benar-benar dialami oleh warga Ibukota lengkap beserta konflik-konflik yang melingkupinya. Potret seorang ibu muda yang perlahan tapi pasti sanggup menaklukkan berbagai tantangan dalam kehidupan keluarganya. Interaksi dalam kehangatan keluarga adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Demi tercapainya satu tujuan akan makna berartinya seorang Ibu bagi keluarganya.

Judul       : Rumah Cokelat
Penulis    : Sitta Karina
Penerbit  : Buah Hati Books
Tahun     :  2012
Tebal      : 226 hal.
Genre     : Novel Dewasa

Pharmindo, 30 April 2012. 20:05

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...