Sabtu, 05 Mei 2012

Menggapai Tuhan Lewat BH



Dalam dunia penulisan cerita pendek, nama Emha Ainun Nadjib memang jarang terdengar. Tidak seperti dalam bidang teatrikal, kepenulisan esai, maupun spiritual. Emha memang kurang produktif untuk menulis cerpen. Namun, justru dalam ketidakproduktifan seperti itu Emha mampu menyajikan cerpen-cerpen yang segar dan berbeda tanpa harus kehilangan ciri khas seorang Emha.

Ada 23 cerpen dalam kumpulan ini. Sepintas, kisah-kisah kehidupan yang diangkat oleh Emha ada miripnya dengan cerpen karya Seno Gumira Ajidarma (SGA). Entah karena keduanya sama-sama berlatar belakang Yogyakarta. Atau mungkin, keduanya berangkat dari tema dan sudut pandang yang sama untuk menuliskan kembali realita kehidupan dalam sebuah cerita pendek. Judul cerpen yang berani seperti Lelaki Ke-1000 di Ranjangku terdengar frontal seperti judul cerpen SGA, Matinya Seorang Penari Telanjang. 

Emha, mengangkat isu-isu kehidupan sebagai tema untuk kebanyakan cerpennya. Beberapa malah menampilkan hal-hal yang masih tabu untuk ukuran masyarakat kita yang ketimuran ini. Ada yang berupa pengalaman tokoh-tokoh cerita dalam hubungannya dengan sesama manusia hingga hubungan dengan Tuhan. Bahkan, Emha mengangkat kembali fragmen dari kisah epik pewayangan dalam cerpennya yang berjudul Padang Kurusetra.

Membaca Emha tidak lengkap tanpa membaca sedikit jejak rekam kiprahnya sebagai sebagai budayawan. Semua cerpen di dalam buku ini hadir sebagai aktualisasi dan representasi wujud pesan yang ingin disampaikan oleh Emha kepada pembacanya. Bahwa, untuk memahami Tuhan, kita harus mampu membaca tanda-tanda yang diberikanNya melalui kehidupan ini. Suatu bentuk medium spiritualitas yang dikemas dengan cara yang berbeda.

Cerpen-cerpen yang terbit sejak tahun 1977 hingga 1982 ini tidak berhenti sampai disitu. Kesemuanya memiliki dimensi yang lebih luas bila dikaitkan dengan karya-karya Emha lainnya. Maka, jangan heran bila kisah-kisah yang dituturkan Emha memiliki hubungan dengan isi dan pesan dari kumpulan-kumpulan esainya yang terbaru. Sebut saja, Slilit Sang Kiai; Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki; Jejak Tinju Pak Kiai; dan Demokrasi La Roiba Fih.

Sangat sulit untuk mendeskripsikan Emha Ainun Nadjib yang lebih dahulu dikenal sebagai penyair, penulis naskah drama, dan penulis novel. Melalui kumpulan cerpen ini, pembaca diajak menyelami lebih dalam tentang sosok dan karakter Emha. Emha membawa kita pada suatu pengembaraan imajinasi untuk menggapai Tuhan justru dalam realitas kehidupan yang sering kita jumpai sehari-hari.

Judul       : BH: Kumpulan Cerpen Emha Ainun Nadjib
Penulis    : Emha Ainun Nadjib
Penerbit  : Penerbit Buku Kompas
Tahun     :  2005
Tebal      : 246 hal.
Genre     : Kumpulan Cerpen


Pharmindo, 30 April 2012. 17:54

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...