Sabtu, 23 Juni 2012

Sebuah Komentar




Baik. Saya sudah lama tidak menulis. Beberapa postingan terakhir di blog ini semuanya tentang Bee Gees. Kalaupun ada yang lain itu hanya secarik surat cinta dari Citarik. Ya, saya memang sangat berduka dan merasakan kehilangan atas berpulangnya Robin Gibb. Saat itu, memori tentang Bee Gees memenuhi kepala saya yang cuma satu ini. Sehingga saya merasa harus menulis sesuatu tentang hal itu.

Padahal, banyak hal-hal lain yang harus saya simpan disini. Tentang surat-surat cinta lainnya, dari Bengkulu, Balikpapan, dan Palangkaraya. Tentang, catatan beberapa pertemuan di bulan Mei kemarin, pertemuan dengan seorang editor kondang, hingga pertemuan yang tidak sengaja dengan teman sebangku di kelas 1 SMA saat tergesa setengah berlari menuju gate Konser 18 Tahun /rif di Braga, Bandung.

Memang sepanjang tahun ini setidaknya sampai tengah tahun, blog ini diisi dengan beberapa resensi buku. Resensi dari buku-buku yang selesai saya baca. Sederhana saja, saya tidak ingin kehilangan jejakan tentang buku-buku itu sekalian maintain rating skill menulis. Juga, saya ingin membagi pengalaman soal buku yang saya resensikan.

Saya termasuk orang yang percaya bahwa setiap tulisan yang saya tulis akan menemukan pembacanya sendiri. Cepat atau lambat. Beruntung, Twitter memudahkan semuanya saat ini. Dengan sekali twit dan mention si penulisnya langsung ada banyak keuntungan yang saya dapat. Pertama, traffic di blog meningkat. Ok, itu baru awalnya. Lalu, ini yang paling penting, si penulis buku tadi mendapat feedback langsung dari pembacanya. Disitu terjalin suatu ikatan emosional pembaca-penulis. Pembaca tentu senang tulisannya diapresiasi penulis. Sebaliknya, penulis jadi tahu bagaimana respon, tanggapan, dan pengalaman pembaca ketika membaca karya yang ditulisnya.




Hingga, pada satu hari datanglah sebuah komentar dari seorang Anonim. Begitu yang ada di kotak surat masuk. Saya memang sengaja membiarkan setiap komentar di blog ini untuk masuk juga ke e-mail. Dengan harapan, saya bisa tahu apa komentar dari para pembaca, termasuk yang Anonim. Biasanya, yang saya terima cuma beberapa spam. Namun, 11 Juni kemarin Anonim itu bukan sekedar Anonim.

Seorang penulis telah menemukan pembacanya. Dan, seorang pembaca merasa senang karena komentar si penulis. Begitulah pengalaman yang saya rasakan ketika Meiliana K. Tansri memberikan komentar di postingan resensi karyanya, "Konser". Saya merasa terkejut dan sangat senang sekali tentunya. Padahal, buku itu terbitan lama (2010) dan baru saya baca sekarang. Saya juga merasa sedikit malu karena baru membacanya kemarin. Kemana aja loe?

Namun, kembali pada pernyataan saya sebelumnya. Saya tetap yakin, bagaimana pun ketika sesuatu dituliskan ia akan memancarkan sinyalnya sendiri untuk menjangkau objek-objek diluar dirinya. Boleh jadi yang saya alami begitu adanya. Terima kasih, Mbak Meiliana. Saya kemarin beli "Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus". Saya akan buatkan resensinya lagi.

Paninggilan, 23 Juni 2012. 20.18

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...