Kamis, 26 Juli 2012

Fresh Graduate Boss: Cara Cepat Menuju Pensiun Dini

Write your own success story with job that you like, and be a boss in your life (hal. 89)


Membaca semua tulisan Margie dalam FGB ini sungguh menghadirkan suatu perasaan yang tak karuan. Kalau tidak mau dibilang galau. Saya rasa ini adalah reaksi yang wajar mengingat jarak umur saya dengan si penulis tidak jauh beda. Namun, perbedaan itu semakin jelas kala melihat pencapaian Margie. Dalam usianya yang kesekian itu, Margie telah mengalami suatu pengalaman yang tidak dirasakan oleh kebanyakan kita. Pekerja kelas menengah yang setiap hari setia berkutat dengan segala pelik kehidupan Jakarta.

FGB dibuka dengan sebuah tulisan tentang pensiun dini. Margie secara blak-blakan menceritakan bagaimana ia terinspirasi dari jawaban wawancara seorang temannya. Dengan visi yang jelas, Margie berusaha menguatkan mental pembaca bahwa tidak perlu menunggu tua terlebih dahulu untuk menjadi seorang bos. Margie menguraikan strategi untuk menakar kemampuan diri agar kita mampu menjadi bos sedini mungkin sehingga bisa pensiun dini lebih awal. Tentunya, di usia yang masih muda dan tidak terlalu tua.



Generally, FGB dibagi kedalam 3 bagian. Beat Yourself, Conquer The Office, dan If I Were A Boss. Gabungan ketiganya menghasilkan suatu runutan cerita yang memiliki benang merah satu sama lain. Dimulai dari bagaimana memaksimalkan potensi diri dengan lebih melihat kedalam diri sendiri. Lalu, mengembangkan segenap kemampuan dan attitude untuk ‘conquer the office’. Kemudian, bersiap-siap untuk menjadi seorang bos.

Penuturan Margie yang cerdas, lugas, dan jujur namun santai membuat pembacaan buku ini ibarat sebuah cerita perjalanan. Saya kagum  karena Margie tidak malu untuk menceritakan semua pengalamannya, sejak mulai jadi pejuang karir level bawah hingga menjadi seorang pekerja di level top management. Ditambah, ilustrasi yang mengingatkan pembaca pada desain khas komik menjadikan FGB tidak seperti buku-buku motivasional lainnya.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari FGB. Niscaya, pembaca akan tahu mengapa anak-anak Laskar Pelangi bisa lebih sukses dibandingkan anak-anak lain yang hidup di kota besar, lengkap dengan segala akses dan fasilitas yang memadai. Margie juga menuliskan kegalauannya ketika harus memilih dalam sejarah perkariran miliknya. Bagaimana Margie memilih sebuah pekerjaan ketika dihadapkan dengan kebahagiaan yang muncul dari pekerjaannya itu.

For once in my life, can’t i make decision that pleases me? Although it’s not what everyone is expecting? Although it’s out of norm, out of mind, out of sanity? For once, just for this once, can i not care about how people feel and think more about what i feel? Can i not sacrifice my most happiness and negotiate for something lesser? Can’t i be selfish JUST FOR ONCE? (License To Be Selfish)

Untuk para fresh graduate, FGB sangat membantu. Setidaknya, untuk mereka yang belum paham apa itu ‘office politics’ atau ‘office romance’. Atau malah bagi mereka yang belum paham mengapa bos yang berasal dari Eropa tidak pernah datang terlalu pagi dan lembur usai jam kerja. Lalu, mengapa sistem ‘eropa’ yang demikian itu tidak berhasil di Asia yang memiliki gaya sendiri. Dengan gayanya yang lincah, Margie juga menuangkan pengalamannya dalam subjek tersebut.

Bagi mereka yang membaca buku ini saat kini sedang meniti karir, saya rasa FGB bukanlah pilihan yang salah untuk menghabiskan waktu anda. Kita bisa belajar untuk lebih cerdas dan bijak dalam bertindak. Terutama dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan masa depan kita. Hal-hal kecil pun tidak luput dari perhatian Margie. Bagaimana memilih kolega yang benar-benar sevisi, tata cara berpakaian yang santun, hingga bercerita tentang sekelompok anak magang.

Yang tidak terlupakan, adalah Margie juga menuliskan aturan baku yang berlaku bagi setiap bos. Aturan pertama, The Boss is always right. Aturan kedua, If The Boss is wrong, please refer to rule #1. Ternyata, aturan ini juga dialami oleh sebagian besar kaum pekerja. Entah kebetulan atau tidak, kedua aturan itu juga akan kita gunakan seandainya kita sudah menjadi seorang bos.

Sebagai penutup, Margie juga menyarankan pembaca untuk mulai berinvestasi sedikit demi sedikit. Bagaimanapun, investasi adalah satu modal berharga agar kita bisa mencapai usia pensiun sedini mungkin.


Catatan Seorang Kolumnis Dadakan

Awalnya, saya tidak cukup kuat melanjutkan pembacaan FGB. Saya malu karena saya tidak memiliki semua kekuatan yang Margie ceritakan. Saya tidak punya visi yang jelas sehingga malah terombang-ambing dan pernah jadi pengangguran tetap. Katakan saya iri pada pencapaian Margie. Memang begitu adanya. Namun, setiap orang punya ceritanya masing-masing. Saya juga cukup bersyukur dengan segala pencapaian yang saya raih sampai saat ini.

Andaikan saya baca buku ini 8 tahun yang lalu atau setidaknya pada saat saya memulai perjalanan masa kuliah, saya mampu membuat visi yang jelas tentang apa yang saya inginkan dalam hidup yang cuma sekali ini. FGB mengajari saya untuk terus memacu diri, pushing through the limit. Sekalipun dalam environment yang tidak mendukung. Untuk hal ini, saya selalu terkenang cerita-cerita Margie di buku After Orchard. Saya masih terus berusaha untuk punya attitude kerja dan mental kiasu seperti the Singaporean.

Personally, 29 cerita dalam FGB membuat ingatan saya kembali pada masa-masa awal meniti karir. Saya telah mengalami hampir semua yang dituliskan Margie. Hanya tinggal bab Inverstor Relations saja yang belum saya praktekkan.

FGB menghadirkan pengalaman yang berbeda dibandingkan buku-buku motivasional lainnya. Tulisan-tulisan Margie berhasil memikat dengan pengalamannya serta kejadian-kejadian nyata yang terjadi di sekelilingnya. Kedekatan antara keseharian yang dialami Margie adalah contoh realitas sehari-hari yang mampu memberikan banyak pelajaran demi mencapai kesuksesan dalam memanjat tangga karir.

Sebagai penutup, berikut saya berikan contoh pencapaian Margie dengan seorang Anggi:

Versi Margie:
"Tapi di usia 25 gue bisa berbangga hati punya sebuah mobil keluaran terbaru, properti bergengsi, beberapa barang berharga, tabungan di atas angka rata-rata, tas berbungkus cokelat, dan mampu membeli beberapa tiket penerbangan terbaik ke Eropa."

Versi Gue:
"Tapi di usia 25 gue bisa berbangga hati untuk belum punya sebuah kendaraan bermotor, kontrakan di pinggiran Jakarta, beberapa barang berharga (baca: buku), tabungan (selalu) di bawah angka rata-rata, tas berbungkus raincoat, dan hanya mampu membeli beberapa tiket penerbangan kelas low cost carrier."

Sudah kelihatan bedanya?


Judul               : Fresh Graduate Boss: 29 Cerita Memanjat Tangga Karier
Penulis             : Margareta Astaman
Penerbit           : Penerbit Buku Kompas
Tahun              : 2012
Tebal               : 245 hal.
Genre              : Memoar-Motivasi


Medan Merdeka Barat, 26 Juli 2012.

7 komentar:

Dimas Rizky P mengatakan...

Dan di umur saya yang 21 tahun ini masih bertanya apakah menjadi pustakawan itu adalah sebuah mesin penghasil uang? atau lebih baik jadi juragan kost-an di kampung??? #mohon petunjuk suhu/.....
please visit http://www.kebomenari.blogspot.com

Anggi Hafiz Al Hakam mengatakan...

Mintalah petunjuk pada hatimu sendiri. Pekerjaanmu hanyalah media penyambung rejeki dari Tuhan. Sekian.

Dimas Rizky P mengatakan...

Jadi mari kita bertanya pada hati, dan pilihan hati itulah yang nantinya kita jalankan dengan hati gembira betul, kang???

Anggi Hafiz Al Hakam mengatakan...

karena hati takkan berdusta kemana ia akan berlabuh, sudah tamat 23 Episentrum kan?

margie mengatakan...

Langsung meluncur ketika dikabari..waa..senangnya buku ini dibaca.. :) Dan terima kasih banyak lhoo sudah menulis resensinya. Kalau membaca ulang FGB saya suka merasa malu, rasanya tengil, hehehe..semoga tidak demikian dirasa pembaca yah.. :)

Anggi Hafiz Al Hakam mengatakan...

Makasih buat insight yg sangat bermanfaat di FGB. The book still looks like your previous books, catchy and inspiring!

Dimas Rizky P mengatakan...

sudah suhu, saya sudah tamat itu 23 episentrum. sebenernya klo dilirik dan difahami ini menjadi satu bagian yah?? wwuiiddiihh ada penulis FGB ( baru beli kemarin, gara2 resensi ini) jadi intinamah urg modal nekat weh nya (ceuk kolot baheula)... :D

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...