Sabtu, 21 September 2013

Sketsa Sejarah Republik (3)

Sejarah Kecil Indonesia terbit kembali. Rosihan Anwar kembali mengenang sosok para nation-builder. Rosihan Anwar tentu tidak mengulang penulisan atas tokoh-tokoh tersebut. Buku ini tampil sebagai sebuah revisi bagi buku yang pernah terbit sebelumnya yaitu ‘In Memoriam: Mengenang Yang Wafat”. Sebuah buku berisi kumpulan obituari yang ditulis Rosihan Anwar sepanjang periode kepenulisannya. 


Beruntung, Indonesia memiliki tokoh pelaku sejarah seperti Rosihan Anwar. Selain sebagai ‘Wartawan Tiga Zaman’, Rosihan Anwar turut mengalami berbagai kejadian bersama tokoh-tokoh yang turut mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara, sejak periode nation-building hingga masa establishment dewasa ini.
 
Rosihan bercerita mengenai tiga subjek besar atau substansi yang turut berperan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Terdiri dari tiga judul besar; Pendiri Bangsa, Perintis Kemerdekaan, dan Penggiat Film, Sastra, dan Kemanusiaan. Banyak tulisan yang mengungkap sisi humanisme dari tokoh-tokoh tersebut. Misal, kisah lain tentang Soekarno dan Bung Hatta tidak banyak ditulis sebagai kisah roman, hanya highlights dan beberapa catatan personal tentang sisi lain yang belum terungkap dari kedua tokoh itu. Pembaca yang mengikuti serial ini dari jilid 1 tentu paham alasan dibalik motif penulisan yang berbeda ini.

Sosok tokoh yang dapat ditemukan dalam buku ini sebagai pembuka adalah triumvirat Soekarno-Hatta-Sjahrir. Sisi lain mereka ditulis bersama memoar dari tokoh lain di sekitar mereka. Seperti Kartika Soekarno, Fatmawati Soekarno, Rahmi Hatta, dan Poppy Sjahrir. Kelak di halaman penutup, Rosihan Anwar pun menuliskan hal yang sama demi menceritakan seorang Mochtar Lubis lewat jalan ingatan istrinya, Siti Halimah. Pembukaan buku dengan cerita mengenai triumvirat pemimpin bangsa ini mengingatkan saya pada lirik sajak legendaris karya Chairil Anwar, “Antara Krawang-Bekasi”.

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
 

Beberapa tokoh yang masuk dalam ‘nominasi’ Sang Pelopor versi Rosihan Anwar adalah Johannes Leimena, Mohammad Natsir, Hamid Algadri, Lamidjah Hardi, Hardi, Soebadio Sastrosatomo, Mashuri Saleh, Aziz Saleh, dan Roeslan Abdulgani. Mereka adalah pemenang ‘award’ kategori Perintis Kemerdekaan.

Sedangkan, untuk kategori Penggiat Film, Sastra, dan Kemanusiaan, Rosihan Anwar memasukkan nama-nama seperti Usmar Ismail (Bapak Perfilman Indonesia), Soedjatmoko, Anwar Harjono, Koentjaraningrat, Lukman Harun, Teguh Karya, H.J.C. Princen, Umar Kayam, Motinggo Busye, Ali Akbar Navis dan Mochtar Lubis. Bila anda sempat mengalami periode kepemimpinan Baharuddin Lopa di Kejaksaan Agung, tentu anda akan sedikit bernostalgia disini.

Keunikan buku ini adalah penulisnya tahu benar sosok yang diceritakan. Rosihan Anwar mengenal secara pribadi tokoh-tokoh pemeran utama. Sudut pandang penulisan yang personal menampilkan mereka dalam figur yang utuh, lengkap, dan manusiawi. Tidak seperti keempat buku Sejarah Kecil sebelumnya yang bercerita mengenai detial setiap tokoh dan kejadian. Oleh karena itu, buku ini memberikan gambaran lain mengenai sisi lain sejarah Indonesia. 

Catatan Seorang Kolumnis Dadakan 

Tadinya saya pikir serial Sejarah Kecil Indonesia ini akan berhenti pada jilid ke-4. Belakangan, saya kemudian tahu bahwa Rosihan Anwar kembali menerbitkan serial lanjutan, jilid 5 dan jilid 6. Saya merasa beruntung dengan hal ini terutama bertambahnya referensi soal periodisasi sejarah Indonesia lengkap bersama tokoh-tokoh yang menjalaninya.

Kesan personal sudah saya tangkap sejak halaman 26 dimana terdapat petikan wawancara antara Rosihan Anwar dengan Kartika Soekarno. Kartika, yang di kartu namanya mengenalkan diri sebagai Karina Sukarno adalah putri dari pernikahan Bung Karno dengan perempuan Jepang, Ny. Dewi. Wawancara yang berlangsung pada 15 April 1998 itu sengaja dilakukan dalam usahanya mengumpulkan bahan-bahan bagi sebuah buku mengenai Bung Karno, “Chercher mon peer (Mencari Ayahku)”. Kartika berada di Jakarta dengan mewawancarai tokoh lain seperti Roeslan Abdulgani, Soedarpo Sastrosatomo, Ny. Supeni, Ny. Herawati Diah, dan Ny. Mien Soedarpo.
 
Usai membaca petikan itu, terasa betul nuansa personalnya. Rosihan Anwar secara terbuka mengungkapkan respeknya yang lebih kepada Sjahrir dibanding kepada Soekarno. Sebelumnya, dalam obituari, Rosihan Anwar telah menulis bahwa ia menyukai sosok Soekarno muda, yaitu sebelum proklamasi 1945 daripada sosok Soekarno tua pasca proklamasi yang cenderung sering memaksakan kehendak pribadinya. Mata sembap Kartika seusai wawancara itu adalah bukti lain bahwa wawancara singkat itu mempunyai kesan mendalam bagi pelakunya.

Tidak berlebihan kiranya bila buku ini adalah sebuah ‘edisi teladan’. Lewat jilid ke-5 ini pembaca dihadapkan pada sebuah keteladanan dari para pemimpin bangsa yang ingin dan selalu intens dalam usaha mewujudkan Indonesia Merdeka.

Judul       : Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia; jilid 5
Penulis     : Rosihan Anwar
Penerbit   : Penerbit Buku Kompas
Tahun      : 2012
Tebal       : 262 hal.
Genre      : Sejarah


Paninggilan, 21 September 2013.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...