Selasa, 28 Oktober 2014

Dua Komik Indonesia: Bengal & Chibi Attack

Seiring dengan perjalanan waktu, kini mulai bermunculan komikus lokal yang mampu menerbitkan karya mereka. Entah melalui penerbit lama yang sudah lebih dulu eksis ataupun lewat penerbit baru yang tengah mencari ceruk pasar. Apapun itu, kreativitas komikus lokal kini bisa lebih dinikmati khayalak luas. Situasinya jauh berbeda dengan 5-6 tahun lalu ketika saya membuat skripsi yang bertema komik Indonesia.

Kemunculan mereka membawa variasi kreatif terhadap visualisasi bentuk komik yang mereka buat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa adaptasi bentuk karakter masih mengikuti komik Jepang (manga). Manga asal Jepang ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap banyak komikus di Indonesia. Visualisasi objek yang lebih sederhana dibandingkan komik Amerika maupun Eropa adalah satu kelebihan tersendiri.


Seperti pada komik "Bengal", Bayu Indie, sang komikus, membuat visualisasi karakter tokohnya dengan detail mendekati sempurna (karena hanya Nabi yang bisa sempurna v^_^v). Dari segi cerita, adaptasi alur filmis dalam komik ini menarik. Pembaca digiring memasuki jalan cerita yang entah awalnya darimana menuju ending yang masih belum jelas. Komik semacam menandai kemunculan era baru komik Indonesia, in my opinion.

Overall, saya suka jalan cerita komik ini. Cara si komikus dalam mengungkapkan idenya dalam bentuk gambar perlu diberikan apresiasi tersendiri. Masih jarang komikus lokal yang mampu membuat komik penuh dan utuh semacam ini. Saya juga suka setiap kejutan dan insert-insert kecil yang cukup mampu membuat pembaca tersenyum kecil.

Chibi Attack


Komik ini merupakan kumpulan komik 4 kolom yang terdiri dari 4 judul dari 4 komikus, dengan judul:

- Eri-chan
- Chocopetoc
- Bocah-Bocah Bangor
- Valkreon

Kalau boleh berkomentar, saya tidak terlalu suka judul pertama. Saya suka bagian kedua, ketiga, dan keempat komik ini. To be honest, personally, saya tidak begitu suka dengan imaji tokoh komik pada bagian pertama. Bentuk karakternya seperti dalam komik Shinchan, in my opinion.

Pada bagian 2,3, dan 4, saya suka bagaimana komikusnya membuat sekuen cerita/storyline. Jadi, walaupun tiap panel berdiri sendiri, tetap membentuk satu kesatuan cerita yang utuh. Bagaimanapun itu, saya menaruh respek pada para komikus yang terlibat didalamnya. Patut dinanti karya-karya mereka selanjutnya.

Maju terus komik Indonesia!


Pharmindo-Grand Mercure Jakarta Kota, 28 Oktober 2014
disela-sela Flight Standards Rulemaking Meeting

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...