Senin, 16 November 2015

Seminggu



Nak. Catatan ini ditulis ketika usiamu menginjak seminggu tanggalan kalender masehi. Pada hari dimana kamu diperbolehkan pulang usai menjalani terapi penyinaran akibat kadar bilirubinmu yang naik. 

Nak, perlu kamu tahu bahwa kelahiranmu adalah hal paling terbaik yang pernah terjadi kepada Bapak dan Ibu. Kami bersyukur kepada Allah SWT karena engkau lahir dengan selamat dan sehat. Kami sudah sangat menantimu sejak hasil USG 4-dimensi menampakkan garis wajahmu. 

Menurut Dokter Triani, kamu akan lahir pada tanggal 6 November 2015. Tanggal yang sama ketika Bapakmu bekerja pertama kali di Jakarta. Hari yang sama ketika Sir Alex Ferguson mulai melatih MU. Setelah Ibumu mengambil cuti di awal untuk mempersiapkan kelahiranmu, rupanya tanggal kelahiranmu ikut bergeser. Namun, itu bukanlah masalah. Kami tetap menantimu. 

Proses kelahiranmu dimulai dengan induksi. Terhitung sejak hari Minggu, 8 November. Dimana konspirasi Spanyol mengalahkan Valentino Rossi yang gagal menjadi Juara Dunia MotoGP namun memenangi semua simpati penontonnya. Proses itu bukanlah hal yang mudah bagi Ibumu. Kontraksi yang dialaminya membuat Ibumu kerap mencengkeram erat jemari Bapak. Manusia berusaha dan Tuhan pula menentukan. Induksi hanya berhasil membuka jalan lahirmu hingga pembukaan 5. 

Inilah saat yang paling berat untuk Bapak. Dimulai ketika para suster dan dokter mempersiapkan Ibumu untuk  naik meja operasi demi menyelamatkanmu. Saat itu Ibu sudah puasa dua kali selama enam jam. Bapak tahu betapa lemahnya Ibumu. Namun, Bapak tetap berdoa karen dari hasil tes denyut jantungmu, hasilnya bagus, normal, dan stabil. Proses Sectio Caesaria pun dimulai. Bapak menandatangani persetujuan agar segera diambil tindakan. 

Nak, satu lagi hal yang paling berat untuk Bapak selama Bapak menikah dengan Ibu. Adalah ketika mengantarkan Ibumu ke Ruang Operasi di lantai 3. Bapak bisa membayangkan betapa besarnya kekuatan dan pengorbanan Ibumu. Bapak hanya sanggup menahan air mata sembari menciumi kening dan pipi Ibu. Bapak tidak mau kelihatan cengeng dan melankolis seperti lagu-lagu Almarhum Rinto. *abaikan *lupakan

Bapak masih menangis di kamar mandi ketika dipanggil Suster untuk menandatangani beberapa hal. Kau tahu, Nak. Nenek Haji, Eyang Uti, Eyang Kakung, dan Aunty Feby tidak begitu menampakkan raut muka tegang. Mereka berhasil menenangkan Bapak hingga Bapak mau makan nasi jatah makan malam Ibu yang belum disentuh. 

Bapak menunggu cemas sembari berdzikir dalam hati. Semoga engkau dan Ibumu selamat. Hanya ruangan tunggu sepi dan sesekali terdengar suara Haji Muhidin. 

Bapak sedang merebahkan diri di kursi tunggu ketika suster memanggil masuk ke ruang operasi. Bapak khawatir terjadi sesuatu pada kamu atau Ibumu. Tak lama, Bapak mendengar kabar gembira: bahwa engkau telah lahir dengan selamat. Kamu tepat ada di hadapan Bapak, di dalam kotak perawatan, dengan rambut acak-acakan dan sedikit gumpalan darah tipis. Bapak segera menandatangani surat kelahiranmu. 

Hari Senin, 26 Muharram 1437H, 9 November 2015, pukul 21.48 WIB. Engkau lahir dan resmi menjadi anggota terbaru keluarga kecil kami. 

Bapak diminta menemanimu kembali ke IGD Kebidanan, tempat kamu akan dibersihkan sembari menunggu Ibumu sadar dari pengaruh bius. Bapak bilang sama Nenek Haji bahwa engkau sudah lahir. Kau perlu tahu, bahwa Eyang Kakungmu begitu bahagia dengan kabar itu. Itu adalah pelukan bahagia kedua dari Eyangmu, setelah di hari wisuda sarjana Bapak. 

Menemanimu di ruang bebersih adalah momen yang sangat Bapak nikmati. Bapak mengumandangkan Adzan dan Iqamah di kedua telingamu. Alangkah bergetarnya hati Bapak ketika engkau tersenyum. Mungkin, ini adalah adzan pertama Bapak setelah lomba adzan di TPA. Dulu sekali. 

Suster segera membersihkanmu. Bapak semakin bergetar mendengar tangisanmu. Tak lupa Bapak merekam momen itu lewat kamera ponsel. Bapak seakan merasakan sakitmu ketika suntikan pertamamu, Vitamin K, mendarat mulus di paha kirimu. Bapak berdoa semoga kelak engkau senantiasa sehat. Usai pengecekan fisik, mandi, lalu engkau dibalut bedong, tugas Bapak adalah menggendongmu. Bapak menggendongmu untuk pertama kalinya. Engkau pun hanya tertidur dan memejamkan mata sementara si suster mengambil foto untuk kenang-kenangan saat engkau pulang nanti. 

Perjuangan selanjutnya adalah membangunkan Ibumu dan membawanya ke ruang perawatan. Bapak segera memeluk Ibu dalam tidurnya. Ibu tersadar dan langsung memintamu untuk ada di sampingnya. Tak lama engkau pun datang. Betapa bahagianya Ibumu saat itu. Ibu selanjutnya berusaha membuatmu mengenal ASI. 

Sepanjang malam pertama itu Bapak tidak akan pernah lupa dengan tangisanmu. Kamu begitu unik. Biar punya tempat tidur sendiri di kotak bayi, kamu selalu menangis tak lama sesudah Bapak baringkan. Ibumu sudah tertidur lelah bersama Nenek Haji disampingnya. Tinggallah engkau dan Bapak. Bapak menggendongmu hingga pukul setengah lima pagi. Saat menggendongmu itu Bapak rasakan betapa damainya jiwa dan ragamu. I would spent my time just to seeing you like this, Son. 

Tangisan pertama di pagi hari menandai keluarnya faeces pertamamu. Puluhan pesan daro handai taulan soal kelahiranmu di SMS, BBM, dan WhatsApp ikut membuka pagi pertamamu. Bapak sudah lelah ketika pagi menjelang. Ketika Bapak bangun, hanya ada kamu dan Ibu yang sedang tidur. Kamu pun menangis lagi. Seperti tahu Bapak sudah sedia menggendongmu lagi. Sepanjang siang hingga malam tak hentinya kamu menangis ketika akan Bapak baringkan ke tempat tidur. Ibu juga semakin berusaha memompa ASI untukmu. Walau masih sedikit tetapi kamu sudah mulai terbiasa. 

Dua malam bersamamu rasanya tidak pernah cukup. Bapak harus kembali ke Jakarta, melanjutkan Initial FOO Course. Mau tidak mau, suka tidak suka, Bapak harus membesarkan hati Bapak untuk berani dan 'tega' meninggalkanmu. Sepanjang jalan, Bapak hanya bisa menatapi dan menciumi fotomu. 

Senang hati Bapak ketika Ibumu sudah diizinkan pulang. Ibu semakin bersemangat menyusuimu. Dari foto-foto kiriman Eyang dan Auntymu, Bapak bisa lihat kebahagiaan dalam pancaran sinar matamu. 

Sampai tiba pada hari Sabtu lalu, dimana kamu dinyatakan kuning dengan kadar bilirubin 17 dan harus menjalani rawat inap selama dua hari. Saat itu, Bapak tidak bisa pulang karena masih ada kelas. Bapak bisa bayangkan Ibu dan Eyang Putrimu yang menangis. Bapak pun sudah siap dengan kabar itu sejak Eyang Kakung mengirim foto dengan mata yang agak kuning. 

Malam minggu Bapak pulang. Eyang Putri sudah tenang. Ibu juga tampak tenang. Besok, Bapak dan Ibu akan datang kepadamu. 

Adalah sangat tidak menyenangkan untuk datang ke rumah sakit demi melihat yang tercinta hanya bisa terbaring lemah. Melihatmu bertelanjang dada dalam pose tidur yang merdeka dibalut sinar biru adalah hal yang menyakitkan hati Bapak dan Ibu. Demi kesehatanmu kelak, Bapak dan Ibu harus menanti kesembuhanmu. Rupanya, karena golongan darahmu sama dengan Bapak sehingga kemungkinan kuningmu lebih besar. 

Untung saja, segera tiba waktunya kamu disusui. Kami khawatir karena susu formula yang diberikan padamu selama masa perawatan akan mempengaruhi kemampuanmu mencerna ASI. Yang terpenting, Bapak dan Ibu bisa menggendong sekaligus menyusuimu. Kami hanya sebentar, barang setengah jam saja melepas kerinduan. Bapak harus kembali ke Jakarta dan Ibu menanti serta mendoakanmu di rumah. 

Hari ini, ketika Bapak menulis catatan ini, Bapak merasa senang dengan kepulanganmu. Bapak juga senang dengan kabar bahwa kamu sudah mulai bisa menyusui pada Ibu. Tidak melalui feeder cup dan sendok lagi. Bapak terus berdoa semoga engkau terus tumbuh sehat dan menikmati ASI dari Ibu. Percayalah, Nak. Bapak pun rindu sangat kepadamu. Menggendongmu hingga terlelap  adalah selalu Bapak nantikan. 

Selamat, Nak. Selamat atas kepulanganmu. Selamat ulang tahun seminggu pertamamu. 


Dharmawangsa, 16 November 2015. 

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...