Jumat, 25 Desember 2015

Orang Maiyah

Hidup orang Maiyah tidak tergantung kekayaan dan atau kemiskinan, tetapi tergantung pada proses pembelajaran menggunakan akal dan nuraninya untuk menyutradarai hidup menuju yang pantas dituju. 



Mengambil sub judul: Terang dalam kegelapan, Kaya dalam kemiskinan, buku 'Orang Maiyah' ini hadir sebagai penerang dan penjawab tanya, setidaknya tentang apa itu makhluk yang dinamakan Orang Maiyah. Sepengetahuan saya, baru buku ini yang khusus menerangkan apa yang terjadi dalam forum-forum Maiyah asuhan Cak Nun dan kawan-kawan. Adapun, mengenai asal usul dan pengenalan singkat tentang Jamaah Maiyah, telah lebih dulu ditulis oleh Prayogi R. Saputra dalam "Spiritual Journey: Pemikiran dan Perenungan Emha Ainun Nadjib". 

Buku ini membahas rangkuman dialog Cak Nun bersama tujuh orang Jamaah Maiyah lainnya dalam menginternalisasikan peran forum Maiyah dalam keseharian hidup mereka. Dalam Forum Jamaah Maiyah yang tersebar di berbagai kota dengan codename Bangbang Wetan, Gambang Syafaat, Kenduri Cinta, Jamparing Asih, dan lainnya itu tidak ada guru dan murid. Semua orang adalah murid, sang penghendak ilmu. 

Maiyahan-sebutan lain untuk forum Maiyah-menjadi saat yang paling ditunggu-tunggu oleh Jamaah Maiyah. Suatu momen dimana mereka rela tanpa lelah dan terpaksa duduk selama lima hingga tujuh jam untuk berkumpul dan berpikir tentang topik yang disajikan. Bergantian, Cak Nun hadir sebagai narasumber beserta tokoh-tokoh lain. Kadang diiringi lantunan musik suguhan Kiai Kanjeng. 

'Orang Maiyah' membuktikan kapasitas Jamaah Maiyah sebagai penghasil karya buah pikiran yang bukan merupakan sebuah karangan. Penulis yang terlibat dalam buku ini menulis dengan tulus tanpa pretensi dan kebanggaan sebagai penulis. Cak Nun berperan sebagai editor yang mengurusi lalu-lintas naskah mereka. 

Bagi saya pribadi, dalam buku ini saya menjumpai statement penegas dari Cak Nun yang sama ada dalam buku Spiritual Journey. 

"Lebih baik saya nyolokin lombok rawit ke mulut orang Maiyah daripada duduk menerangkan dan mengurai panjang lebar tentang makna lombok kepada mereka"

Ini adalah satu bukti konsistensi Cak Nun dalam usahanya menggembleng mental orang Maiyah agar mau mentransferkan kembali ilmu yang telah mereka dapat ke jamaah lainnya. Dengan demikian, maka paripurna lah adanya orang Maiyah sebagai orang-orang yang ikhlas dan mau berpikir. 

Lima belas esai buah karya orang Maiyah ini mengajak kita agar memaknai hidup dari sudut pandang yang berbeda. Walaupun buku ini pernah diterbitkan dengan judul yang sama pada tahun 2007, tetapi relevansi kekinian dengan realita Maiyah tidak pernah berubah. Betapa Allah SWT dapat dicapai dengan ijtihad seperti yang dilakukan orang-orang Maiyah ini. 

Judul          : Orang Maiyah
Penulis       : Emha Ainun Nadjib
Penerbit      : Bentang Pustaka
Tahun         : 2015
Tebal           : 100 hal. 
Genre         : Agama Islam-Sosial Budaya


Bumi Asri, 25 Desember 2015. 

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...