Rabu, 15 Februari 2012

Terapi

Pergilah kasih, kejarlah keinginanmu
Selagi masih ada waktu - (Chrisye - Pergilah Kasih)

Suatu hari, entah karena memang sudah jenuh dengan diri sendiri atau memang karena roda kehidupan sedang berjalan tak seirama saya mencoba suatu terapi. Saya tidak tahu pasti nama terapi itu apa. Saya mencoba untuk memberi terapi pada diri sendiri lewat musik. Sejenis music-therapy juga bukan. Bagaimana caranya? 

Saya  membuat playlist lagu-lagu yang jadi official soundtrack untuk setiap episode dalam hidup saya (Thanks to Circle of MusicDelta FM). Sengaja, 10 lagu pilihan itu saya share di milis kelas K1D-A 2004. Pesan saya waktu itu:

"Barangkali karena saya sedang menjalani terapi, saya mohon kiranya warga milis disini memilih satu judul lagu yang ada di playlist dibawah ini. Nanti saya akan buat cerita tentang momen-momen yang terlewati bersama lagu-lagu itu. Mudah-mudahan itu bisa jadi penyembuh dan saya segera bisa menyelesaikan terapi ini. Make your songs count, anyone! Selamat memilih. Semoga (saya) lekas sembuh. 11 Nov 2011"

Sejak membaca posting blog berjudul "Jurnal Syukur" di allaboutlelly.blogspot.com, saya tergerak untuk berpikir dan menata hidup kembali. Rasanya, bersyukur adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan sekalipun keadaan memang tidak mengharapkan demikian. Karena itu, saya mencoba untuk jujur pada diri sendiri agar bisa kembali berdamai bersamanya. Melalui musik saya mencoba menelusuri ruang hati terdalam dan mencoba menemukan semua jawaban atas segala tanya yang mengganggu.

Saya tergerak melakukan ini karena menurut beberapa sahabat (yang bisa dipegang omongannya) saya belum bisa berdamai dengan masa lalu dan melepaskannya pergi. Ah, terlalu sentimentil tetapi memang begitu adanya. Seperti saat saya melihat-lihat kembali semua postingan di blog ini. Sebelum akhirnya terhenti pada sebuah post berjudul "Penggalan Lirik di Atas Rel Kereta" tertanggal 24 Juli 2011.

Penggalan Lirik di Atas Rel Kereta

Postingan ini dibuat dengan segala kenangan yang deras mengalir tentang hari itu. 10 Juli 2011. Pernikahan Farah di Cirebon. Suatu momen yang semakin menyadarkan saya bahwa hidup tidak akan terhenti pada satu persimpangan. Hidup akan terus melaju. Mengalir sampai jauh. Hingga batas usia tak lagi mampu menahan segala keinginan.

Ide awal dari postingan ini adalah jawaban-jawaban atas pesan singkat dari seorang sahabat yang masuk ke ponsel beberapa detik sebelum KA Cirebon Ekspress bergerak meninggalkan Cirebon tepat sebelum adzan Isya berkumandang. 

Pesan darinya hanyalah singkat. Rara, begitu nama yang tercantum di phonebook, bertanya perihal perasaan saya hari ini. Rara memastikan saya memang siap menghadapi kenyataan bahwa esok akan tiba dengan sesuatu yang berbeda. 

Memang, menerima kenyataan kadang tak semudah mengharapkannya. Terlebih ketika harus melepas segenap perasaan dan kenangan yang tertinggal untuk sebuah nama yang pernah mengukir kisah dalam hati. Ya, Dia telah menikah dan menambatkan hatinya. 

Waktu terus berlalu, menuai usia kita
Biar dua hati bercanda, di padang yg kita bina

Bahagialah kasihku, abadilah cintaku

Biarlah dunia berlalu - (Java Jive-Menikah)

Penggalan lirik diatas adalah jawaban saya yang pertama untuk Rara. Saya lupa apa pertanyaan itu. Semua sudah terhapus tanpa sisa. Doa saya untuk mempelai, berbahagialah dan abadilah cinta mereka, biarkan dunia berlalu. Karena waktu, tak akan pernah menunggu.

It's painfully clear
There's a river of tears

Behind my eyes - (Paul Carrack - Behind Those Eyes)

Kalau lirik yang ini sengaja diadaptasi dari lirik aslinya, lalu jadi 'behind my eyes'. Terus terang, saat roda kereta perlahan beradu dengan rel saya hampir menitikkan air mata. Saya mengalami suatu momen pelepasan. Untung, 3 orang kawan lain duduk di gerbong terpisah. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan saya waktu itu. Saya tiba-tiba dipaksa untuk melepaskan segala asa, cita, dan kenangan yang melekat pada dirinya. It's over when it's over. I keep saying that.

Tak mudah untuk dihati, tak mudah untuk dihadapi
Saat harus mengucap: selamat tinggal

(Indra Lesmana & Gilang Ramadhan - Selamat Tinggal)

Memang hal ini tidak mudah untuk dihati, juga tak mudah untuk dihadapi. Saya telah mengalami suatu perjalanan jauh ini untuk hari bahagianya. Sebuah nama yang pernah ada dihati dan bersamaan dengan itu, saya juga harus melepas segalanya seraya mengucapkan: Selamat tinggal.

Selamat jalan kekasih...(Rita Effendi-Selamat Jalan Kekasih)
Selamat tinggal masa lalu

Aku 'kan melangkah

Maafkanlah segala yang pernah kulakukan padamu (Five Minutes - Selamat Tinggal)

Dua lirik diatas adalah penanda bahwa saya kembali pada kehidupan saya yang biasa. Tentu pembaca sudah lebih memahami maksud dari kedua lirik diatas tanpa perlu saya jelaskan lagi. Kereta bergerak semakin cepat menuju Jakarta. Tak ada lagi tanya dari Rara. Tak ada lagi pesan. Hanya tersisa harapan dan doa untuk mereka berdua yang sedang berbahagia.

Kereta terus melaju and life is very long.


Paninggilan, 15 Februari 2012.




Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...