Sabar dan lapangkanlah dadamu. Jangan selalu mau cepat marah. Ambillah bumi ini sebagai contoh. Dia kita injak, kita ludahi, kita belah, kita tusuk dan kita lukai dengan berbagai alat. Tetapi dia selalu sabar dan diam, selalu memberi kita makanan lezat dan berguna. (hal.76)
Sebagai pembuka Serial Kenangan, Sebuah Lorong di Kotaku menceritakan masa-masa awal kehidupan seorang Nh. Dini yang terekam kuat dalam memorinya. Dini bercerita dengan gaya bertutur yang jujur. Membuka semua tabir yang menyelimuti dirinya. Segala kenangan masa kecil yang terekam masih jelas dalam benaknya. Kelak, semua cerita yang disajikan dalam buku beliau lainnya, akan menemukan benang merah historis dengan memoar dari serial kenangan ini.
Sebagai pembuka Serial Kenangan, Sebuah Lorong di Kotaku menceritakan masa-masa awal kehidupan seorang Nh. Dini yang terekam kuat dalam memorinya. Dini bercerita dengan gaya bertutur yang jujur. Membuka semua tabir yang menyelimuti dirinya. Segala kenangan masa kecil yang terekam masih jelas dalam benaknya. Kelak, semua cerita yang disajikan dalam buku beliau lainnya, akan menemukan benang merah historis dengan memoar dari serial kenangan ini.
Cerita dimulai sejak Dini menempati rumah yang dipilih ibunya di Semarang. Rumah yang menyimpan banyak cerita itu meninggalkan kenangan yang mengakar kuat pada Dini. Dini kecil tumbuh sebagai anak bungsu dari lima bersaudara. Dini besar di lingkungan keluarga besar yang memegang teguh adat istiadat tradisi Jawa halus. Mungkin itu sebabnya, ada pengaruh dari hal itu pada gaya menulis yang serba teratur.
Permasalahan utama dalam diri Dini mencuat menjelang pertengahan buku ini. Ketika itu, Dini sekeluarga pergi berlibur ke rumah Kakeknya di desa Tegalrejo. Semua kejadian yang berlangsung sejak keberangkatan seluruh anggota keluarga hingga selesainya liburan itu sangat membekas dalam diri Dini. Betapa Kakeknya ternyata menaruh perhatian terhadapnya. Tidak seperti yang Dini bayangkan sebelumnya.
Kehidupan alam pedesaan di desa Tegalrejo menarik perhatian Dini. Barangkali pula itu sebabnya, Nh. Dini menulis serial berikutnya yang berjudul “Langit dan Bumi Sahabat Kami”. Kemudian, Dini mulai masuk sekolah. Bekal pendidikan yang dienyamnya di rumah dari sang Ibu turut dibawanya serta ke sekolah sehingga tak pelak Dini menjelma menjadi anak yang penurut, penuh dengan tata krama.
Kekuatan ingatan Dini teruji ketika melukiskan kembali suasana perang. Pada saat itu, Jepang mencanangkan Perang Pasifik dengan pengeboman ke Pearl Harbour. Jepang berusaha menaklukkan sebanyak mungkin kekuatan Sekutu yang bercokol di Asia Tenggara. Belanda berusaha sekuat mungkin untuk menahan gempuran Jepang. Namun, pada akhirnya Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati.
Menjelang datangnya serangan yang sudah ramai diramalkan akan terjadi, Dini sekeluarga mengungsi ke kampung sebelah. Sementara, sang Ayah tinggal di rumah mereka guna memastikan keamanan disana. Perang secara besar-besaran tidak (atau belum) terjadi di Semarang. Semua kejadian dimana Dini mendengar desing-desing bom yang jatuh dari pesawat pembom, kemudian dentuman dari tangsi-tangsi polisi Belanda yang dibom Jepang, terekam dalam memori Dini. Hal ini sangat penting untuk mencoba menggali kembali sudut pandang sejarah dari seorang penutur yang mengalami masa perang tersebut.
Catatan Seorang Kolumnis Dadakan
Sampul buku edisi pertama, 1978 |
Sebuah Lorong di Kotaku membuka daftar bacaan saya pada tahun 2013 ini. Agaknya, pengalaman dengan karya Nh. Dini sebelumnya membuat saya terangsang untuk kembali menikmatik karya berikutnya. Saya sengaja memilih buku pembuka Serial Kenangan ini untuk mendapatkan imaji tentang sosok Nh. Dini, tentang hal-hal apa saja yang berkecamuk dalam pikirannya sejak awal. Bisa dikatakan, saya sedang mencari bentuk prototipe pertama karya seorang Nh. Dini. Hal ini saya anggap perlu untuk kemudian bisa melanjutkan pembacaan atas karya Nh. Dini lainnya.
Sebuah Lorong di Kotaku adalah buku ketiga dari Nh. Dini yang saya baca setelah "Argenteuil" dan "Namaku Hiroko". Yang paling berkesan sepanjang pengalaman membaca buku ini adalah
(lagi-lagi) gaya penulisan Nh. Dini yang mengalir. Segala latar dan
kejadian diceritakan dengan detail yang mengagumkan. Tentu, ini
merupakan kekuatan tersendiri bagi seorang Nh. Dini. Pengalaman serupa memang masih saya rasakan. Pengalaman tersebut selalu membuat rasa penasaran itu muncul lagi.
Saya ingin menemukan interkoneksi dari buku-buku Nh. Dini. Baik dari Seri Kenangan maupun seri Novelet. Saya yakin ada hubungan antara keduanya. Bila boleh membuat hipotesis sementara, Seri Kenangan sebagai memoar perjalanan kehidupan Nh. Dini memuat kisah sepanjang episode kehidupan merupakan suatu landasan/kerangka bagi Seri Novelet. Fragmen-fragmen dari Seri Kenangan dimunculkan kembali secara detil melalui Seri Novelet. Jadi, keduanya tampil sebagai suatu esensi yang terpisah tetapi sesungguhnya merupakan satu bagian entitas yang tak terpisahkan.
Judul : Sebuah Lorong di Kotaku
Penulis : Nh. Dini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009 (terbit pertama kali tahun 1978)
Tebal : 108 hal.
Genre : Novel Memoar – Seri Kenangan Nh. Dini #1
Penulis : Nh. Dini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2009 (terbit pertama kali tahun 1978)
Tebal : 108 hal.
Genre : Novel Memoar – Seri Kenangan Nh. Dini #1
Paninggilan, 9 Januari 2013.
di hari ulang tahun seorang perempuan yang pernah mengisi hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar