Yeah, Mice is a Liverpudlians!
Pembukaan yang sangat “mengagumkan” untuk para Liverpudlians. Dari awal, Mice sudah menggarap konstruksi realitas yang memang sedang terjadi saat ini. Liverpool tidak lebih baik dari Manchester United. Guyonan pembukaan yang cukup menggebrak.
Buku yang habis dibaca sekali duduk ini, bisa dianggap juga sebagai "kamus parodi". Parodi untuk istilah-istilah yang sering kita dengar dari para komentator sepakbola. Pada bagian ini, Mice cukup “lempeng” untuk memberi penafsiran makna melalui gambar kartun. Mice memberikan definisi literer sesuai dengan istilah-istilah para komentator.
Buku yang habis dibaca sekali duduk ini, bisa dianggap juga sebagai "kamus parodi". Parodi untuk istilah-istilah yang sering kita dengar dari para komentator sepakbola. Pada bagian ini, Mice cukup “lempeng” untuk memberi penafsiran makna melalui gambar kartun. Mice memberikan definisi literer sesuai dengan istilah-istilah para komentator.
Mice, secara tidak langsung melakukan kritik terhadap dominasi dan hegemoni kaum kapitalis pemilik modal yang menguasai setiap tayangan langsung siaran sepakbola. Hal ini muncul karena terjadi pemakluman umum terhadap kaum pemodal. Karena para pemodal sudah terlanjur mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk membeli hak siar siaran liga-liga sepakbola dunia, maka mereka menarik sebanyak-banyaknya pemodal lain untuk secara bersama-sama ‘menguasai’ penonton. Agaknya, mereka juga paham soal teori Komunikasi Massa.
Tidak berhenti sampai disitu. Mice nampak sengaja membuat kartun ini menjadi dua bagian. Bagian kedua, "Football's Coming Home" menampilkan suatu pemaknaan atas realitas yang juga terjadi secara nyata di hadapan kita. "Football's Coming Home" tampil dengan sederhana tetapi mengandung makna yang dalam.
Tidak berhenti sampai disitu. Mice nampak sengaja membuat kartun ini menjadi dua bagian. Bagian kedua, "Football's Coming Home" menampilkan suatu pemaknaan atas realitas yang juga terjadi secara nyata di hadapan kita. "Football's Coming Home" tampil dengan sederhana tetapi mengandung makna yang dalam.
Mice bercerita tentang masa kecilnya, disaat bermain sepakbola adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya bahagia, bersama kawan-kawan tentunya. This is the best part. Rentetan peristiwa masa kecil dimunculkan. Nostalgia romantis menggugah memori kembali pada masa-masa itu. Pembaca yang mengalami runtutan peristiwa tadi pasti merindukan kembali momen masa kecil seperti itu.
Pesan yang dibawa Mice melalui kartun bagian kedua tadi cukup jelas. Disaat Inggris merindukan kembali kejayaan sepakbola mereka, kita di Indonesia masih ribut soal PSSI dan KPSI. Ini adalah suatu bentuk kritik moral terhadap institutsi sepakbola negeri ini yang sarat akan muatan kepentingan golongan tertentu. Negeri ini punya 250 juta penduduk, tetapi tidak ada satu orang pun yang bisa mengurus sepakbola nasional. Suatu hal yang memalukan, mengingat negara tetangga sudah jauh berlari meninggalkan kita yang masih saja meributkan hal-hal remeh, soal siapa dapat apa.
Anyway, kartun ini worth reading dan sangat perlu untuk mengimbangi rutinitas keseharian penonton sepakbola yang begitu-begitu saja. Terutama, dalam memaknai ucapan sang komentator.
Judul : Kamus Istilah Komentator Bola / Football's Coming Home!
Penulis : Muhammad “Mice” Misrad
Penerbit : Octopus’s Garden Publishing
Tahun : Desember 2012
Tebal :
112 hal.
Genre :
Kartun-Sepakbola
Medan Merdeka Barat-Paninggilan, 12 Januari 2013.
4 komentar:
jujur klw comic mice cartoon klw dibuat film jatuhnya kaya acara sketsa transtv,, tul ga? hehe.. ga kreatif,, ide nya terlalu sederhana buat seorang komikus,,
Tipikal komik Mice. Gaya humornya gampang ketebak, baca beberapa halaman didepan udah tau isi satu buku seperti apa.. Boring.
KALAU BORING SILAKAN ANDA BIKIN KOMIK SENDIRI....DASAR OTAK TEMPE...
2 komen diatas cuma tahu om do aja. komen2 orang idiot.
Posting Komentar