Minggu, 13 Januari 2013

A Year in Blogging: The Unread 2012 (2-tamat)

postingan sebelumnya sila klik disini

 
Mei (lanjutan)

The Karamazov Brothers


Akhirnya,  saya menemukan sebuah karya legendaris Dostoevsky ini di sebuah toko buku impor di bilangan Senayan. Secara tidak sengaja usai sebuah diskusi buku yang menghadirkan beberapa penulis seperti Maggie Tiojakin @maggietiojakin, dan Okky Madasari @okkymadasari. Dipandu oleh Feby Indirani @febyindirani acara ini juga menghadirkan editor buku, Hetih Rusli @hetih, yang namanya saya kenal melalui beberapa karya Clara Ng @clara_ng.

Setelah Nagabumi, buku ini menjadi buku tertebal kedua tahun ini. Entah kapan saya punya waktu menamatkan buku berdurasi 870 halaman ini.


Juni

The Kite Runner


The Kite Runner karya Khaled Hossaini ini sudah pernah diangkat ke layar lebar. Seperti biasa, karena saya bukan banci bioskop, saya melewatkan filmnya. Impresi pertama tentang buku ini saya dapatkan dari murid saya dulu, Olivia. Waktu itu, Olivia dengan serius membaca buku ini di pojok perpustakaan. Tidak mungkin tidak ada sesuatu yang menarik dari buku ini.

Saya pun kemudian menemukan versi terjemahan bahasa. Sepintas, garis besar cerita sudah saya dapatkan. Pokoknya, seseorang harus berdiri diantara persahabatan dan pengkhianatan. Sampai saat ini, buku ini masih berdiri dengan tegak, bersebelahan dengan Rock n Roll Mom. Setia menunggu panggilan dari sang pemilik rak.

Rock n Roll Mom



Kisah seorang Ibu tidak akan pernah berhenti memancarkan kasih sayang. Begitu pun pada buku ini. Bunda Iffet, seperti sudah kita ketahui bersama, selalu berada disamping Slank, dalam keadaan apapun. Termasuk, saat personil Slank didera persoalan dengan narkotika.

Apapun alasan dibalik itu semua tadi, yang jelas buku ini belum sempat saya baca. Bahkan hanya untuk highlighting bagian peran Bunda Iffet dalam membantu Bimbim cs lepas dari jeratan narkoba.

Tales From The Road: Mencicip Keunikan Budaya Dari Yogyakarta Hingga Nepal

Keunikan budaya Indonesia kadang menjadi nilai tambah tersendiri bagi seorang pelancong. @matatita dalam buku ini bercerita kembali tentang perjalanan yang dilakukannya ke berbagai daerah di Indonesia dan beberapa negara tetangga.


Pembacaan saya berhenti di bagian pertengahan buku ini. Keburu tertawan oleh “Life Traveler” punya @windyariestanty. Cara penulisan cerita dan sudut pandang dari @matatita membuka cakrawala berpikir pada suatu dimensi lain. Inilah bagian yang paling menarik sepanjang pembacaan buku ini.

Turangga Gila Bola



Sebagai pecinta sepakbola, saya mencoba untuk membaca sebanyak mungkin interpretasi yang muncul atas entitas bernama sepakbola. Termasuk buku ini. Saya pikir buku ini adalah cerita komik. Namun, ternyata bukan. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan dari pengalaman awal membaca uku ini.

Gadis Buta dan Tiga Ekor Tikus

Buku ini adalah buku kedua dari Meiliana K. Tansri yang saya punya. Setelah sebelumnya dengan berhasil saya menamatkan novel “Konser”, menulis review di blog ini, hingga mendapatkan apresiasi dari penulisnya langsung. Seperti pernah saya tuliskan dalam satu postingan di tahun kemarin. Sila klik disini untuk membacanya.

Ternyata, buku ini adalah bagian kedua dari sebuah trilogi Darah Emas. Belakangan, bagian pertama dan bagian terakhir trilogi ini banyak muncul di bagian diskon beberapa toko buku. Namun, tak lantas hal itu membuat saya segera melengkapi kedua bagian trilogi yang hilang. Saya pun belum tahu kapan akan mulai membaca buku yang masih tersegel utuh ini.

The Bourne Objective

Pada suatu bookfair di Istora, tidak sengaja saya menemukan buku ini dalam tumpukan buku diskon. Ketika itu, saya sedang mencari komik Garfield terbitan Papercutz. Perkenalan dengan Jason Bourne sudah dimulai sejak film The Bourne Identity dirilis, menyusul kemudian The Bourne Supremacy, The Bourne Ultimatum, dan kemarin The Bourne Legacy. 


Image tentang Jason Bourne yang diperankan Matt Damon masih membekas dalam pembacaan awal. Saya tentu berharap buku ini difilmkan seperti buku One Shot yang diangkat ke layar lebar dengan judul Jack Reacher. Agaknya, saya masih harus menunggu lagi apakah masih ada kelanjutan serial Jason Bourne setelah The Bourne Legacy kemarin.

Madonna: Like an Icon

Dalam usaha saya mengumpulkan buku-buku tentang biografi musisi, saya merasa seakan dipertemukan dengan buku ini pada sebuah cuci gudang di Matraman. Saya sudah lupa harga aslinya berapa namun saya dapatkan buku ini for only setengah uang merah. Saya cek ulang lewat Barnes & Noble pada saat tulisan ini dibuat dan di web mereka tertera harga buku baru sebesar USD 9,95.


Buku ini menceritakan perjalanan karir seorang Madonna. Ditulis oleh jurnalis berpengalaman, Lucy O’Brien, buku ini bercerita soal popularitas dan kepribadian sang ‘Material Girl’. Didalamnya juga disajikan foto-foto sepanjang perjalanan hidup Madonna yang dalam buku ini didaulat sebagai  “one of our greatest living pop icons”. Tidak ketinggalan beberapa foto anaknya ikut ditampilkan pula.

Berikut adalah deskripsi singkat dari bagian belakang sampul buku:

"Madonna: Like an Icon" is a groundbreaking biography that finally solves the mystery at the heart of Madonna's chameleonlike existence. Extensively researched and perceptively written by journalist Lucy O'Brien, it explores the complex personality and legendary drive that has made Madonna the most famous female pop artist of our time. O'Brien draws upon scores of interviews with producers, musicians, collaborators, lovers, and friends--many of whom have never spoken so candidly--to examine Madonna's fascinating life. From her mother's premature death to her dynamic arrival on the New York club scene to her training for "Evita" and beyond, every stage of her life is illuminated.

O'Brien provides an incisive portrayal, from Madonna's early days dancing at gay clubs in Detroit to the producers and musicians she both alienated and amazed in her uncompromising quest to seize on the next cultural wave.

Madonna adalah sebuah fenomena. Rasanya, sulit untuk membahas sejarah musik pop dunia tanpa melibatkan diva yang satu ini.


Sedikit catatan singkat. Judul album Madonna, Something to Remember, yang dirilis tahun 1995 silam pernah dijadikan sebuah acara radio dengan judul yang sama di radio Paramuda 93.7 FM Bandung. personally, saya suka cover image album itu.

Juli

Outliers


Outliers menarik perhatian saya dalam sebuah wawancara di radio medio 2009 lalu. Acara itu dilangsungkan dalam rangka penerbitan buku sekaligus promosi. Banyak cerita yang menggugah kesadaran saya. Bahwa orang sukses itu memang sudah diciptakan dari sananya. Ada beberapa analisis yang bisa membuktikan hal itu. Pada bab-bab awal, Malcolm Gladwell menjelaskan pembuktian saintifiknya.

Buku ini menceritakan bagaimana para “Outliers” membentuk diri mereka. Malcolm Gladwell ingin pertanyaan inti dari buku ini: “what makes high-achievers different?”. Dia menjawab bahwa kita terlalu menyimpan perhatian penuh pada kebiasaan atau bagaimana menjadi orang yang sukses. Kita lupa untuk melihat hal-hal lain dibelakang kesuksesan dan keberhasilan para “Outliers”. Misalnya saja, pada darimana mereka berasal, bagaimana kultur dan kebiasaan mereka, keadaan keluarga mereka, soal keturunan, dan lain-lain. Sebagai contoh, Gladwell memberi penjelasan tentang bagaimana menjadi seorang pemain sepakbola terbaik, mengapa orang Asia hebat dalam bidang matematika, dan mengapa The Beatles menjadi band terbaik sepanjang masa.

Buku ini baru saya baca tiga tahun setelah acara radio itu tayang. Saya rasa tidak ada istilah terlambat. Karena bagaimanapun isi buku ini tidak berubah atau mengalami revisi. Gladwell menulis buku lainnya guna melengkapi Outliers, seperti The Tipping Point, Blink, What the Dog Saw. Gladwell mengajak pembacanya pada suatu pengalaman yang baru untuk melakukan self-motivation tanpa harus menggurui.


Oktober

Aku dan Marley


Lagi-lagi, saya membaca buku terjemahan yang sebelumnya diangkat ke layar lebar, diperankan oleh Owen Wilson dan Jennifer Aniston. Saya berhenti pada halaman-halaman awal karena beberapa kesibukan pekerjaan. Selain, menghabiskan waktu membaca The Indiana Chronicles: Lipstik dari Clara Ng @clara_ng , Namaku Hiroko dari Nh. Dini, Markesot Bertutur dari Emha Ainun Nadjib dan Anak Tanah Air karya Ajip Rosidi.  Dua judul terakhir saya selesaikan menjelang akhir tahun 2012.

Membaca kisah persahabatan manusia dengan binatang peliharaan adalah sebuah pengalaman yang menyenangkan. Bahwa binatang pun bisa menjadi sahabat manusia. Hal ini seperti tercermin dalam film “Hachiko” yang dibintangi Richard Gere.

Untuk Indonesia yang Kuat: 100 Langkah Untuk Tidak Miskin

Berawal dari sebuah promo di twitter, saya mendapatkan buku ini dengan harga yang lumayan murah. Diatas rata-rata diskon toko buku online. Sebagai bagian dari kelas menengah (cieee...)-mengacu pada kriteria yang disebutkan dalam buku ini- saya ingin tahu bagaimana perencanaan keuangan yang baik. Terlebih, penulisnya sendiri adalah seorang financial planner berpengalaman, Ligwina Hananto @mrshananto, yang juga mempunyai acara radio khusus untuk subjek financial planning. Belakangan, @mrshananto muncul juga di televisi membawakan acara serupa.


Saya rasa penting bagi kita untuk mulai “menyelamatkan” keuangan pribadi. Kondisi ekonomi di Indonesia yang akhir-akhir ini dinilai stabil. Didorong pula oleh “kekuatan” kelas menengah yang konsumtif, maka asumsi investasi bukan lagi hal yang tabu dan menakutkan untuk dijalani secara pribadi. Niscaya, buku ini menjadi panduan awal tentang bagaimana mengelola keuangan pribadi. 

Saya tidak menganggap buku ini seperti novel yang harus dibaca tamat dari awal sampai akhir. Karena sifatnya yang guidance material, maka saya membaca subjek-subjek tertentu saja. Sampai akhirnya saya tersadar bahwa buku ini belum saya pahami sepenuhnya . hahaha...

Talk-inc Points

Perkenalan dengan buku ini saya dapatkan dari sebuah radio di Bandung yang mengulas isi buku bersama ketiga penulisnya, Alexander Sriewijono, Rebecca “Becky” Tumewu, dan Erwin Parengkuan. Ketiganya sudah well-established sebagai public speaker yang kerap tampil mengisi acara on-air maupun off-air.


Dalam satu kesempatan training di ATKP Medan, medio Oktober, oleh Instruktur saya sempat disuruh maju untuk tampil membawakan presentasi singkat mengenai Program Keselamatan Penerbangan di Indonesia. Tidak ada masalah walaupun saya harus menghadapi audiens yang berasal dari ASEAN maupun negara lainnya seperti Bangladesh, Nepal, Mauritius, Ethiopia, dan Timor Leste. Saya hanya menambahkan satu hal pada point self-evaluation, yaitu harus mulai belajar jadi seorang presenter. Kelak, pelajaran itu akan saya bawa kemana-mana.

Pucuk dicinta ulam tiba. Pada program CBD bulan ini, saya mendapati buku ini dalam bagian diskon. Sangat lumayan. Saya menggarisbawahi beberapa poin yang diperlukan untuk menjadi seorang presenter yang baik dan mampu menyampaikan pesan jelas. Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti saya akan membawakan presentasi di hadapan Direktur atau Direktur Jenderal, misalnya. Saat ini, buku panduan ini berjejer dengan rapi di sebelah buku Soe Hok-Gie di meja kerja kantor.

Aerial

Dalam pembacaan buku “Skenario Dunia Hijau” Sitta Karina @sittakarina saya menemukan sebuah cerpen (lupa judulnya) yang menjadi awalan cerita bagi novel ini. Itulah kenapa saya kemudian lantas penasaran untuk mengetahui kelanjutan perang antara Negeri Cahaya dan Negeri Kegelapan.


Seperti biasa, buku ini kembali tersisih akibat jadwal pekerjaan rutin yang mengharuskan saya pergi memberikan training ke luar kota. Seterusnya, hingga kemudian menumpuk di bagian waiting list, menunggu untuk dibaca.

November

Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya: Seri 1: Politik Dalam Negeri dan Masalah Nasional

Mochtar Lubis adalah satu nama yang melekat sejak pembacaan pertama atas karyanya, Jalan Tak Ada Ujung, waktu saya masih duduk di SMA. Sebagai tokoh yang saya kagumi, saya selalu ingin tahu jalan pikiran yang menjadi dasar perjuangan Mochtar Lubis. Seorang wartawan yang juga seorang sastrawan. Hal ini dimungkinkan dengan pembacaan atas “Mochtar Lubis Bicara Lurus: Menjawab Pertanyaan Wartawan”. Sebuah buku berisi kumpulan wawacara Mochtar Lubis dengan beberapa wartawan dan disunting oleh Ramadhan KH.


Masalah dalam negeri hingga kondisi politik yang tidak kunjung usai selama masa-masa awal pemerintahan orde baru menjadi sorotan Mochtar Lubis. Kondisi ekonomi yang belum mapan sepenuhnya dan masih mengharapkan bantuan asing berkedok investasi mendapat kritik keras.

Buku ini berisi tajuk-tajuk yang ditulis Mochtar Lubis dalam harian Indonesia Raya yang dipimpinnya. Topiknya dibatasi mengenai politik dalam negeri dan masalah-masalah nasional. Rentang waktunya dimulai sejak tahun 1966 hingga saat harian Indonesia Raya dibredel pada tahun 1970-an. Menarik untuk mengamati sejarah Indonesia dari sisi lain sudut pandang seorang wartawan yang mengalami penahanan semasa orde lama dan orde baru. 


Desember

Sepanjang bulan Desember ini saya tidak banyak membeli buku baru. Saya mencoba menamatkan dan melanjutkan pembacaan atas beberapa buku yang tertunda. Seperti, Cerita dalam Keheningan karya Zara Zettira @ZaraZettiraZR, Markesot Bertutur, Mochtar Lubis Bicara Lurus, Anak Tanah Air, dan Setengah Pecah, Setengah Utuh dari Parlindungan Marpaung. Ditambah satu esai penafsiran saya tentang Markesot. Semua saya tuangkan dalam postingan bulan Desember 2012. 

Blogheader Image, 2009 - Desember 2012

Blogheader Image, Desember 2012 - sekarang


Kalaupun ada perubahan, saya mengganti gambar dari header blog ini. Tercatat pada tanggal 29 Desember 2012, gambar yang sudah terpasang selama tiga tahun diganti dengan sebuah gambar yang lain. Keduanya masih bertema sama: perjalanan. Blog ini selalu saya asumsikan sebagai media perjalanan saya. Baik itu dalam proses menulis atau pun melakukan hobi membaca. Sehingga, kedua gambar header itu menunjukkan keseragaman dengan misi yang saya lakukan disini. Saya serahkan kepada pembaca untuk menafsir sendiri makna dibalik kedua gambar itu.


Sebuah Konklusi

Semua buku yang dibaca maupun yang belum selesai tahun 2012 ini ibarat sebuah kaleidoskop berwarna. Tidak ada warna yang tampil dominan. Semua genre saya usahakan untuk dibaca. Mulai dari komik hingga politik. Semuanya saya harap membawa perubahan atau pembaruan dalam gaya membaca maupun penulisan saya.

Sebuah buku memiliki ceritanya sendiri. Perjalanan tidak akan berakhir ketika cerita itu usai. Lembaran baru akan terus mengisi cerita. Selamat membaca di tahun 2013.


Jakarta-Bandung-Paninggilan, 13 Januari 2013.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...