Tidak salah bila Rosihan Anwar
dinobatkan menjadi seorang dari empat saksi sejarah terkemuka Indonesia
selain BM. Diah, Mochtar Lubis, dan Jakob Oetama. Anda bisa temukan apa yang baru saya tulis ini pada intro iklan sebuah tayangan dokumenter di televisi inspirasi Indonesia.
Rosihan
Anwar membuka kembali catatan kecilnya yang tersebar dalam berbagai
publikasi di media cetak nasional. Melalui catatan-catatan itu Rosihan
Anwar mencatat segala detail peristiwa yang terjadi dalam sejarah
republik. Beberapa artikel pembuka membawa pembaca untuk memahami lebih
baik mengenai Timor Timur dan Aceh. Rosihan Anwar banyak menulis tentang
riwayat yang menjadi asal-muasal sejarah Timor-Timur sejak jadi bagian
provinsial dari Portugis.
Kemudian, semua bagian sejarah yang sekarang nampak sudah di"peti es"kan dicairkan kembali. Tentang bagaimana hubungan keinginan rakyat Timor serta pengaruh hegemoni Amerika Serikat dalam usahan integrasi Timor ke dalam kedaulatan NKRI. Menarik, karena membuka wawasan lebih jauh sehingga pembaca dapat membuat perbandingan dengan "fakta" sejarah yang selalu dimunculkan lewat buku-buku pelajaran sejarah.
Sama halnya dengan masalah Aceh. Aceh yang dulunya dijuluki Lumbung Republik, karena memang Aceh pernah menjadi basis modal untuk perjuangan republik, mengalami pergolakan dalam hubungannya dengan Republik. Pergolakan internal yang mengakibatkan munculnya separatis GAM menimbulkan isu utama soal perpecahan republik yang masih berusia muda ini. Lewat tulisan khasnya, kita dihadapkan pada detail-detail disekitar konflik tersebut. Mulai dari Daud Beureuh hingga Hassan Tiro.
Sejak awal, Rosihan Anwar piawai merangkai detail cerita mengenai perpecahan di tubuh militer garda republik. Adalah keputusan PM Mohammad Hatta untuk merestrukturisasi militer sehingga komposisi militer dihuni oleh orang-orang yang pernah mendapatkan pendidikan militer baik dari Jepang maupun Belanda. Laskar-laskar rakyat yang berjuang bersama dalam perang kemerdekaan merasa diabaikan dan buntutnya mereka melakukan protes yang berimbas pada sejarah militer negeri ini. Imbas dari keputusan itu adalah patahan-patahan sejarah yang kemudian terjadi. Ambil contoh, PRRI/Permesta, APRA, berdirinya Dewan-Dewan Militer di Sumatra, RMS, dan masih banyak lagi "pemberontakan" yang dilakukan laskar rakyat demi menentang keputusan pemerintah tersebut. Detail mengenai beberapa kejadian tersebut serupa dengan keterangan yang terdapat dalam buku "Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir" terbitan Tim Buku TEMPO, Desember 2012.
Menjelang akhir, ada sebuah catatan yang ditulis kembali, mengenai insiden 27 Juli 1996. Dengan alasan keterbukaan dan situasi yang mulai kondusif maka 6 tahun kemudian Rosihan Anwar membuka kembali catatannya soal peristiwa tersebut. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat kediaman pribadi Rosihan Anwar yang terletak berdekatan dengan lokasi kejadian. Melalui catatan itu, Rosihan Anwar menjadi saksi bahwa konflik kepentingan pemerintah terhadap hal apapun yang merongrong kekuasaan masih mendominasi. Setelah sekian lama bungkam akhirnya Rosihan Anwar mau menulis nama-nama pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Overall, banyak sekali lintasan waktu dan peristiwa yang terekam dari pena Rosihan Anwar. Seperti judulnya: Sejarah Kecil (Petite Histoire), Rosihan Anwar mengajak kita berkelana, berkeliling menyusuri petak-petak kecil yang menyimpan sejarah besar. Tidak sedikit korelasi antara kejadian-kejadian yang selama ini telah diketahui bersama dengan potongan sketsa-sketsa kecil itu. Dengan demikian, sejarah bukan lagi hal yang bersifat statis.
Judul : Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia; jilid 1
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2004
Tebal : 328 hal.
Genre : Sejarah
Kemudian, semua bagian sejarah yang sekarang nampak sudah di"peti es"kan dicairkan kembali. Tentang bagaimana hubungan keinginan rakyat Timor serta pengaruh hegemoni Amerika Serikat dalam usahan integrasi Timor ke dalam kedaulatan NKRI. Menarik, karena membuka wawasan lebih jauh sehingga pembaca dapat membuat perbandingan dengan "fakta" sejarah yang selalu dimunculkan lewat buku-buku pelajaran sejarah.
Sama halnya dengan masalah Aceh. Aceh yang dulunya dijuluki Lumbung Republik, karena memang Aceh pernah menjadi basis modal untuk perjuangan republik, mengalami pergolakan dalam hubungannya dengan Republik. Pergolakan internal yang mengakibatkan munculnya separatis GAM menimbulkan isu utama soal perpecahan republik yang masih berusia muda ini. Lewat tulisan khasnya, kita dihadapkan pada detail-detail disekitar konflik tersebut. Mulai dari Daud Beureuh hingga Hassan Tiro.
Sejak awal, Rosihan Anwar piawai merangkai detail cerita mengenai perpecahan di tubuh militer garda republik. Adalah keputusan PM Mohammad Hatta untuk merestrukturisasi militer sehingga komposisi militer dihuni oleh orang-orang yang pernah mendapatkan pendidikan militer baik dari Jepang maupun Belanda. Laskar-laskar rakyat yang berjuang bersama dalam perang kemerdekaan merasa diabaikan dan buntutnya mereka melakukan protes yang berimbas pada sejarah militer negeri ini. Imbas dari keputusan itu adalah patahan-patahan sejarah yang kemudian terjadi. Ambil contoh, PRRI/Permesta, APRA, berdirinya Dewan-Dewan Militer di Sumatra, RMS, dan masih banyak lagi "pemberontakan" yang dilakukan laskar rakyat demi menentang keputusan pemerintah tersebut. Detail mengenai beberapa kejadian tersebut serupa dengan keterangan yang terdapat dalam buku "Soedirman: Seorang Panglima, Seorang Martir" terbitan Tim Buku TEMPO, Desember 2012.
Menjelang akhir, ada sebuah catatan yang ditulis kembali, mengenai insiden 27 Juli 1996. Dengan alasan keterbukaan dan situasi yang mulai kondusif maka 6 tahun kemudian Rosihan Anwar membuka kembali catatannya soal peristiwa tersebut. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat kediaman pribadi Rosihan Anwar yang terletak berdekatan dengan lokasi kejadian. Melalui catatan itu, Rosihan Anwar menjadi saksi bahwa konflik kepentingan pemerintah terhadap hal apapun yang merongrong kekuasaan masih mendominasi. Setelah sekian lama bungkam akhirnya Rosihan Anwar mau menulis nama-nama pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Overall, banyak sekali lintasan waktu dan peristiwa yang terekam dari pena Rosihan Anwar. Seperti judulnya: Sejarah Kecil (Petite Histoire), Rosihan Anwar mengajak kita berkelana, berkeliling menyusuri petak-petak kecil yang menyimpan sejarah besar. Tidak sedikit korelasi antara kejadian-kejadian yang selama ini telah diketahui bersama dengan potongan sketsa-sketsa kecil itu. Dengan demikian, sejarah bukan lagi hal yang bersifat statis.
Judul : Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia; jilid 1
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2004
Tebal : 328 hal.
Genre : Sejarah
ditulis kembali
Paninggilan, 1 Februari 2013.
Paninggilan, 1 Februari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar