Menarik untuk mengetahui bahwa akhirnya Seno Gumira Ajidarma menulis lagi soal perkartunan. SGA nampaknya tidak hanya mencoba memberikan insight kepada pembaca mengenai pergulatan makna dan wacana serta ideologi dalam gambar kartun. SGA ingin juga membuka tabir bahwa kartun bisa menjadi sumber pengetahuan melalui pembacaan dan pembongkaran karya para kartunis.
Tokoh kartun yang dibahas cukup lengkap. Mulai dari Si John yang selalu muncul di halaman awal harian Pos Kota dan kemudian mulai tahun 2003 disimpan ke halaman dalam. SGA juga mencermati ideologi dalam kartun Benny & Mice, sejak mereka bersatu hingga perpisahan mereka. Tak lupa, ulasan tentang kartun karya GM Sudarta ikut menjadi bahan perbincangan.
Ada juga tokoh Pak Bei yang menjadi ikon harian Rakyat Merdeka, Pak Tuntung yang ikonik khas Medan versi harian Analisa. Tidak ketinggalan, kartun populer lainnya seperti Mang Ohle yang merepresentasikan kegelisahan dalam budaya tutur masyarakat Sunda. Panji Koming karya Dwi Koen yang kerap muncul di hariann Kompas Minggu, sebagai representasi budaya feodal di negeri kita. Konpopilan, sebagai sahabat yang menemani kartun Panji Koming muncul sebagai representasi kartun pintar bagi mereka yang mampu memahaminya secara kontekstual dan lebih kompleks dari sekedar pemaknaan visual.
Bicara tentang sejarah, SGA juga membahas soal tokoh Put On. Khusus yang ini, saya punya catatan sendiri karena pernah menyitir dari literatur lain tentang Put On sebagai bahas skripsi saya, 2008 lalu.
Beberapa artikel juga mendorong pembaca untuk berpikir bahwa dunia kartun tidak hanya sekedar gambar yang menghibur. Kembali, SGA ingin membawa pembaca kepada pergulatan antar wacana bahkan idelogi dari gambar kartun yang disajikan setiap hari. Lebih jauh, pembaca dapat mencermati sejarah dan hegemoni kartun sebagai representasi sisi lain kehidupan.
Ada juga tokoh Pak Bei yang menjadi ikon harian Rakyat Merdeka, Pak Tuntung yang ikonik khas Medan versi harian Analisa. Tidak ketinggalan, kartun populer lainnya seperti Mang Ohle yang merepresentasikan kegelisahan dalam budaya tutur masyarakat Sunda. Panji Koming karya Dwi Koen yang kerap muncul di hariann Kompas Minggu, sebagai representasi budaya feodal di negeri kita. Konpopilan, sebagai sahabat yang menemani kartun Panji Koming muncul sebagai representasi kartun pintar bagi mereka yang mampu memahaminya secara kontekstual dan lebih kompleks dari sekedar pemaknaan visual.
Bicara tentang sejarah, SGA juga membahas soal tokoh Put On. Khusus yang ini, saya punya catatan sendiri karena pernah menyitir dari literatur lain tentang Put On sebagai bahas skripsi saya, 2008 lalu.
Beberapa artikel juga mendorong pembaca untuk berpikir bahwa dunia kartun tidak hanya sekedar gambar yang menghibur. Kembali, SGA ingin membawa pembaca kepada pergulatan antar wacana bahkan idelogi dari gambar kartun yang disajikan setiap hari. Lebih jauh, pembaca dapat mencermati sejarah dan hegemoni kartun sebagai representasi sisi lain kehidupan.
Judul : Antara Tawa dan Bahaya: Kartun dalam Politik Humor
Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun : 2012
Tebal : 429 hal.
Genre : Sosial-Budaya
Genre : Sosial-Budaya
Curug, 21 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar