How a story ends has much to deals with how it begins
-Nancy Fiorina-
-Nancy Fiorina-
Membaca
kembali catatan Rosihan Anwar, sama saja dengan membuka kilasan
peristiwa sejarah. Episode kali ini menampilkan Rosihan Anwar sebagai
tokoh utama. Rosihan Anwar adalah satu-satunya wartawan peliput
Konferensi Meja Bundar yang diselenggarakan di Den Haag, pada Desember
1949. Pada kesempatan itu pula, terjadi sebuah tonggak peristiwa
sejarah terpenting selama Perang Kemerdekaan. 27 Desember 1949, Republik
Indonesia menerima kedaulatan dari si penjajah Belanda.
Sebagai
wartawan, Rosihan Anwar yang hadir atas undangan Pemerintah Kerajaan
Belanda tidak ketinggalan meliput beberapa peristiwa penting seputar KMB
1949. Beberapa sketsa disuguhkan sebagai sebuah usaha flashback. Perlu
dicatat bahwa kekuatan memori dan ingatan Rosihan Anwar masih tajam
ketika dihadapkan dengan beberapa tempat dan nama. Catatan-catatan kecil
yang bersifat personal pun masih dapat diingatnya dan direkam dalam
buku ini.
Banyak kenangan personal yang diceritakan. Terutama, saat meninjau kembali sebuah lokasi di Valerius Strasse. Sebuah tempat dimana keintiman Rosihan Anwar dan Zuraida Sanawi menghadirkan seorang putri cantik yang juga ikut mendampinginya dalam kunjungan 60 tahun kemudian.
Pada bagian akhir, Rosihan Anwar entah sengaja atau tidak, menempatkan satu bab khusus soal perlunya membaca kembali sejarah kolonial Indonesia. Maksud beliau, supaya kita generasi penerus Republik mampu berkaca pada sejarah untuk tidak mengulangi kesalahan serupa yang membuat bangsa menjadi stagnan seperti dirasakan belakangan ini.
Kalau pembaca punya waktu, sila simak video berikut. Video ini diambil pada kesempatan yang sama dimana Rosihan Anwar melakukan napak tilas.
Judul : Napak Tilas ke Belanda: 60 Tahun Perjalanan Wartawan KMB 1949
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2010
Tebal : 224 hal.
Banyak kenangan personal yang diceritakan. Terutama, saat meninjau kembali sebuah lokasi di Valerius Strasse. Sebuah tempat dimana keintiman Rosihan Anwar dan Zuraida Sanawi menghadirkan seorang putri cantik yang juga ikut mendampinginya dalam kunjungan 60 tahun kemudian.
Pada bagian akhir, Rosihan Anwar entah sengaja atau tidak, menempatkan satu bab khusus soal perlunya membaca kembali sejarah kolonial Indonesia. Maksud beliau, supaya kita generasi penerus Republik mampu berkaca pada sejarah untuk tidak mengulangi kesalahan serupa yang membuat bangsa menjadi stagnan seperti dirasakan belakangan ini.
Kalau pembaca punya waktu, sila simak video berikut. Video ini diambil pada kesempatan yang sama dimana Rosihan Anwar melakukan napak tilas.
Penulis : Rosihan Anwar
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Tahun : 2010
Tebal : 224 hal.
Genre :Memoar-Sejarah
Ditulis kembali,
Curug, 23 Mei 2013.
Ditulis kembali,
Curug, 23 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar