Rabu, 09 Juli 2014

Get Lost in Seoul dan Pemilu

Pemilu Presiden tahun ini adalah pemilu presiden saya yang ketiga. Tetapi ini akan jadi berbeda sejak saya tidak akan berada di TPS RW24 Kelurahan Melong, Cimahi Selatan. Saya tidak tahu angin apa yang membawa saya hingga ke Incheon untuk sebuah Fellowship Course dari Ministry of Land, Infrastructure, and Transportation Republic of Korea dan ICAO. Saya dijadwalkan untuk tiba di Incheon Airport Aviation Academy pada tanggal 6 Juli 2014, hari Minggu.

Saya sempat mengecek informasi bahwa Pemilu di luar negeri/KBRI/konsulat jenderal akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 6 Juli 2014. Tepat pada hari kedatangan saya. Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya segera menghubungi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul melalui e-mail. Esok sorenya, saya mendapatkan balasan dari PPLN Korea Selatan bahwa betul pemilu akan dilaksanakan pada hari Minggu. Saya diberi pilihan untuk melakukan pemilihan di KBRI Seoul atau Jumin Center, Incheon. Saya memilih untuk pergi ke Seoul, tak lama setelah mendarat dan check-in ke Best Western Airport Hotel.


Menuju Seoul
Saya pergi ke Seoul dengan bis airport limousine tujuan Seoul Station. Menurut informasi dari KBRI, lokasi mereka tidak jauh dari stasiun Saetgang (line 9). Jadi, saya memutuskan lebih baik naik kereta dari Seoul Station. Saya tidak membawa peta atau petunjuk apapun. Kedua ponsel saya pun tidak berfungsi karena saya tidak membeli SIM card. Kalaupun ada, harganya mahal sekali 50.000 KRW (sekitar Rp. 500.000). Praktis, saya hanya mengandalkan alamat yang KBRI dari website mereka.

Masalah pertama yang saya hadapi adalah tiket bis. Sepanjang 13 pintu kedatangan ada banyak counter pembelian tiket, namun ketika saya bertanya pada petugas informasi yang berkeliaran (dan memakai rompi resmi) mereka segera menyuruh saya naik bis dan membayar tiket ke dalam kotak yang ada di sebelah pengemudi. Rata-rata, bis airport limousine tujuan Seoul mengenakan tarif 10.000 KRW sekali jalan untuk penumpang dewasa. Anak-anak dibawah lima tahun hanya dikenakan 8.000 KRW (tetep aja mahal :D ).
Setelah tiba di Seoul Station, saya segera mengecek lokasi Stasiun Saetgang di subway line 9. Saa masih harus transit sebelum masuk ke line 9. Mesin tiket kereta di Seoul kurang lebih sama seperti di Kuala  Lumpur atau Bangkok. Tersedia petunjuk dalam bahasa Inggris. Tarif minimal sekali jalan adalah 1.150 KRW ditambah deposit 500 KRW yang bisa diambil setelah tiba di stasiun tujuan dengan mengembalikan kartu ke deposit machine.


Setelah kurang lebih satu jam berkeliling dan berganti-ganti kereta plus beberapa kali salah arah, saya tiba di stasiun Saetgang. Tampak beberapa orang Indonesia lainnya sama-sama berjalan menuju arah Ankara Park, sebuah taman yang terletak di sebelah KBRI Seoul. Jarak dari Saetgang ke KBRI hanya sekitar 300 meter. Tak jauh dari sana juga terdapat gedung KBS Annex. KBS tentu sudah tak asing lagi bagi para penikmat drama Korea.


Saya bertemu dengan banyak orang Indonesia (ya iya lah, ini kedutaan emangnya kebun binatang?). Saya segera mendaftar ke panitia dan mereka meminta paspor. Setelah itu, saya dibawa ke meja antrian untuk mendapatkan nomor. Sekali lagi, mereka mengecek alamat (Incheon Airport Aviation Academy) dan tiket saya. Saya pun dipanggil masuk bilik suara dan panitia mengingatkan untuk tidak membawa ponsel. Saya pun masuk, memilih pasangan capres, mengambil foto sebentar, lalu kembali ke ruang tunggu.
Antusiasme warga Indonesia di Seoul nampak jelas. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa dan pekerja. Saya sempat berkenalan dengan mereka. Obrolan kami hanya seputar Seoul saja, tidak ada obrolan soal capres-cawapres pilihan. Pun, tidak ada exit poll. Sebuah polling yang dilakukan setelah pemilih keluar dari TPS.



Heading to Incheon via Itaewon

Dalam perjalanan pulang, saya bertemu dengan kawan-kawan penggiat mushola di Guro. Tujuan saya pun berubah, yang semula ke Dongdaemun berganti ke Itaewon. Saya memang ingin pergi Itaewon namun mata saya kurang jeli mencari dimana letak stasiun sehingga memutuskan untuk pergi Dongdaemun saja. Akhirnya, saya pergi ke Itaewon dimana terdapat Masjid Agung Seoul yang dikelola Dewan Islam Korea.


Sebagai salah satu destinasi wisata di Seoul, Masjid Itaewon juga sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai negara. Saat ini, sudah ada papan pengumuman yang mewajibkan perempuan untuk menutupi aurat mereka sebelum pintu masuk masjid. Sepanjang jalanan menanjak menuju Masjid Itaewon, banyak penjual makanan khas Arab, India, bahkan Indonesia. Cita rasanya sungguh menggoda. 

Usai shalat Dzuhur, saya melanjutkan perjalanan kembali ke Incheon. Sudah pukul 5 sore disini, jadi saya kemungkinan besar tiba di Incheon Airport sekitar pukul 6.30. Waktu buka puasa sendiri masih lama yaitu pukul 19.58. Musim panas di Korea menyebabkan waktu siang yang lebih panjang. Sehingga, umat Muslim disini harus menyiapkan diri untuk shaum sejak imsak pukul 03.15 hingga 19.58.

Saya segera menuju stasiun Itaewon setelah mampir sebentar di Starbucks. Saya naik Airport Railroad (AREX) menuju Incheon International Airport. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 1,5 jam dengan tarif 4,150 KRW plus 500 KRW deposit.
Konklusi
Pengalaman hari ini cukup menyenangkan. Saya jadi paham bagaimana caranya jalan-jalan ke Seoul dari Academy. Saya juga puas menertawakan diri sendiri kala dengan ‘PD’nya mengambil leaflet tentang Seoul yang berjudul bahasa Inggris tapi ternyata isinya bahasa Korea semua. Kadang, perjalanan itu hanya tinggal dijalani saja. Pergilah kemana langkah membawamu.

Saya masih punya daftar tujuan yang harus disinggahi. Entah itu Gyeongbokgung Palace, Dongdaemun History Park, Namdaemun Market, Gangnam District, atau toko musik untuk membeli CD Wonder Girls dan SNSD. Sementara hari ini saya cukupkan sekian. Saya sudah lelah. Sambil menunggu waktu buka puasa, saya menyiapkan semangkuk oatmeal dan rendang vacuum yang saya bawa dari Indonesia.

Bismillahirrahmanirrahim.


Incheon, 6 Juli 2014

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...