Kamis, 26 Desember 2013

COBIT 5 Foundation Training (1)

24 November 2013

Saya kembali lagi ke Kuala Lumpur untuk sebuah training. Kali ini, saya bersama dua orang teman satu Divisi. Hanya saja, saya berangkat sebagai Safety Database Administrator State Safety Programme. Saya merasa beruntung bahwa jadwal training ini tidak bentrok dengan jadwal seminar minggu lalu dan workshop minggu depan.

Kami mengikuti sebuah foundation training untuk COBIT 5. Apa itu, saya juga belum pernah tahu dan mendengarnya sekalipun. Target kami cukup jelas. Ikut kursus singkat tiga hari, ikut ujian, dan lulus dengan sertifikat (get certified). Kami sengaja memilih lokasi training di Kuala Lumpur dari pilihan lokasi lainnya yaitu, Singapura, Selandia Baru, dan Australia. Kelak, sertifikat itu berguna untuk angka kredit fungsional dua partner saya.

Saya tidak tahu alasan mengapa saya bisa berada di Kuala Lumpur dua minggu berturut-turut. Mungkin, karena episode mencari fog lamp di KL belum berhasil saya tamatkan. Barangkali juga Tuhan sedang berbaik hati dan membiarkan saya menyelesaikan episode yang tertunda itu.

Flight MH0726


Kami harus bersiap lebih pagi dari biasanya. Pesawat Malaysia Airlines (MH) yang kami naiki berangkat paling pagi dari Soekarno-Hatta (CGK). First flight in the morning. Kami harus berhadapan dengan segala macam urusan sejak pukul 2.30 dini hari. Pesawat dijadwalkan terbang pukul 4.20 tak lama setelah adzan subuh berkumandang.

Pintu keberangkatan baru dibuka pukul 3.00, kami segera check in dan menuju antrian imigrasi. Poor you, pihak Imigrasi hanya membuka dua jalur antrian dengan dua orang petugas. Sudah jelas antrian segera mengular. Seandainya, sosialiasi tentang e-Passport sudah kami terima, mungkin kami akan segera mengurusnya agar tidak perlu menghadapi hal semacam ini.

Pengalaman pertama kami naik national flag carrier milik Malaysia ini sudah lebih dari cukup. Saya jadi tahu kenapa bukan mereka yang dianugerahi penghargaan Best Regional Airline. Dengan hanya membandingkan beberapa hal dengan maskapai nasional kita, Garuda Indonesia (GA), saya sudah tahu kenapa para assesor lebih memilih Garuda.

Satu contoh saja, saya kurang nyaman dengan headset yang baru dibagikan beberapa menit setelah take-off. Lalu, saya juga tidak suka cara mereka membungkus inflight meal. MH lebih memilih untuk membungkus kotak menu dengan alumunium foil yang menutupi seluruh bagian kotak. Tidak seperti yang biasa kami terima dengan GA. Mungkin untuk alasan seperti itulah GA merekrut William Wongso untuk mengurus menu makanan penumpang.

Pukul 7.40 pagi, kami landing di KLIA. Pesawat berhenti di terminal kedatangan domestik. Artinya, kami bakal turun di terminal utama. Bukan terminal kedatangan internasional yang mengharuskan kami naik AeroTrain. Padahal, saya sudah terlanjur bilang pada dua kawan saya bahwa kita akan naik kereta menuju pintu keluar KLIA.

Tune Hotels

Kami belum membooking hotel tempat kami menginap nanti. Kami tidak punya tujuan. Saya sudah mempunyai daftar hotel yang akan kami datangi. Semoga saja masih ada kamar kosong. Kami tidak menemui halangan apa-apa di Imigrasi. Kami sudah sepakat untuk bilang pada petugas Imigrasi bahwa kami akan menginap di Tune Hotels (AirAsia Group) tak jauh dari SIKL. Rupanya, petugas yang menanyai saya curiga dengan kedatangan saya kembali. Tak puas menanyakan hotel, dia pun bertanya mengenai tujuan dan lokasi training besok. Tenanglah, Cik. Saya pun tak mau jadi TKI dimari.

Kami segera naik taksi menuju kota. Kami langsung menuju Tune Hotels untuk memastikan bahwa kami punya tempat tinggal disini. Sebenarnya, Tune Hotels agak jauh dari Double Tree. Kami tidak mendapatkan harga yang cocok di hotel sekitaran Double Tree. Lagipula, sepengalaman saya, tidak masalah lokasi hotel inap jauh dari tempat training. Transportasi umum disini cukup lumayan.

Tune Hotels punya cara yang unik dalam menjalankan usahanya. Sepintas, rasanya mirip naik maskapai AirAsia. All costumized. Pengunjung bisa memilih sendiri paket yang mereka inginkan. Paket sarapan, Wifi, toiletries, AC, dan TV bisa disesuaikan dengan preferensi pengunjung. Untuk setiap service ada harganya, 10 RM/malam. Paket hemat (AC, TV, dan toiletries) ditawarkan 25 RM/malam. Sedang paket full convenience (AC, TV, Wifi, Toiletries, dan sarapan) ditawarkan 40 RM/malam. Saya memilih paket full untuk 4 malam. Saya butuh wifi untuk melanjutkan episode fog lamp yang tertunda. Ditambah lagi, untuk mencari referensi soal COBIT, karena hari Rabu siang kami harus ujian sertifikasi.

Usai mendaftar, kami tidak bisa langsung masuk kamar. Kami akan dikenakan charge 10 RM untuk early check-in. Saya dan kawan-kawan tidak masalah asalkan kami bisa menitipkan koper kami di Tune. Kami dicharge 2 RM per koper untuk penitipan ini. Saya kembali ke Sheraton untuk mengurus beberapa hal yang belum selesai soal ponsel yang hilang. Saya akan membuat laporan ke Polisi sementara kawan saya menunggu di lobi Sheraton. Simak cerita saya sebelum post ini untuk kelanjutan ceritanya.

Usai dari Sheraton, kami makan siang di sebuah restoran masakan Padang tak jauh dari lokasi hotel, Jalan Tunku Abdul Rahman. Konon, restoran Sari Ratu itu masuk daftar rekomendasi dari orang-orang Indonesia yang sudah pernah melancong kesini. Menu disini tidak jauh berbeda dari restoran Padang umumnya. Hanya saja, menu-menu di restoran ini kurang berani dalam bumbu. Harganya pun standar. Saya membayar 38 RM untuk 5 piring nasi dan lauk-lauk macam ayam, ikan, dan daging.

Makan Padang di Negeri Orang
Kami kembali ke Tune Hotels pada waktu check-in sudah dibuka. Kami segera mengambil kamar masing-masing dan menyelesaikan kantuk yang tertunda. Saya tidak bisa tidur sesiangan ini. saya coba dengan browsing mencari service center Perodua. Ada dua lokasi yang saya tandai. Semoga saya berhasil kali ini.

Menjelang sore, saya pergi keluar. Berjalan-jalan menuju Chow Kit dan Jalan Ipoh. Kata seorang pemandu wisata di bus yang saya tumpangi pada Airport Visit minggu lalu, Jalan Ipoh adalah lokasi para pedagang spare part. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Tune Hotels. Saya pun segeraberjalan kaki kesana. Menikmati matahari sore sebelum senja.

Chow Kit adalah kawasan yang cukup ramai. Penduduk lokal menamainya pasar basah. Banyak hal bisa ditemukan disini. Ada pasar basah yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, ada pula pasar yang menjual produk kosmetik. Saya menyusuri Jalan Ipoh dan sebuah jalan kecil tak jauh dari jalan raya. Memang banyak pedagang spare part otomotif disitu. Karena hari ini adalah hari Ahad, mereka tutup. Most of business turned off in Ahad.

Saya akan kembali kesini esok hari, semoga saja mereka belum tutup besok sore. Saya pun kembali berjalan dan membeli SIM Card karena layanan gratis roaming 3 hari dari XL sudah tidak berlaku. Saya dipilihkan kartu dari U Mobile seharga 15 RM yang sudah terisi 15 RM. Si penjual sudah tahu bahwa saya ini turis sehingga merekomendasikan pilihan ini. Dia segera mengaktifkan paket Blackberry mingguan seharga 5,5 RM. Sebenarnya, tidak perlu khawatir soal demikian di KL. Hampir semua toko/gerai waralaba menjual SIM Card untuk para pelancong.

Saya mampir di sebuah toko grosir dekat hotel. Saya membeli dua kotak susu kedelai seharga total 3,8 RM. Lebih murah dari toko waralaba dan Jakarta sekalipun. Saya kembali ke hotel dan menunggu dua kawan itu bangun dan mulai lapar.

Menjelang pukul 7 malam, kami turun untuk makan malam. Saya menawarkan warung kali lima tempat dinner malam terakhir minggu lalu yang kebetulan berada di seberang. Namun, teman saya lebih memilih untuk melihat-lihat keadaan di sekitar situ. Ada sebuah mall namun terlihat sepi karena hari Ahad. Kami pun mencoba sebuah restoran seberang mall. Judulnya, Nasi Kandar Penang. Dari luar, pilihan menunya banyak mirip warteg.


Pilihan kami tidak salah. Soal rasa khas Melayu, restoran ini punya taste. Kami memilih bermacam menu dengan lauk kari kambing. Pilihan nasinya ada dua, nasi putih biasa dan nasi briyani. Saya memesan roti cane juga lengkap dengan kuah kari kambing. Kesan pertama kami disini begitu melekat hingga seorang kawan memutuskan untuk selalu makan malam disini. Saya pun terlanjur jatuh cinta dengan roti cane disini. Soal harga, restoran ini murah dan highly recommended untuk para budget traveler. Restoran ini buka 24 jam. Restoran ini berada di lantai dasar Hotel Lotus, just in case pembaca ingin mencicipi menu yang disajikan disana.

Kami kembali ke Tune sekitar pukul 11 malam. Kami akan menghadapi hari yang panjang. Training akan segera dimulai besok. Semoga malam ini kami bisa beristirahat dan menghadapi hari pertama training dengan segar.

Saya belum bisa tidur hingga tengah malam. Kebisingan dari jalan raya membuat saya semakin terjaga. Raungan knalpot dari anak-anak geng motor lokal sangat mengganggu telinga saya. Saya menghabiskan malam dengan streaming radio fm Bandung. Still feels like home, even you’re far away from your hometown.

After tonight, i’ll never be the same again...
Just hold me tight and i’ll be alright...
After tonight...

Kuala Lumpur, 25 November 2013.

Bonus Track: Tips Hari Ini

Imigrasi

Beberapa negara mengharuskan anda sudah punya tujuan begitu tiba di negara yang dituju. Bila anda terlanjur go-show, sebut saja hotel yang akan anda tuju pada petugas imigrasi. Bersikaplah seolah anda sudah confirm untuk menginap disana. Sebutkan juga maksud kedatangan anda. Petugas pun biasanya akan maklum dan segera mengecap paspor anda.

Komunikasi

Tidak perlu khawatir soal komunikasi di KL, terlebih bila anda belum mengaktifkan layanan roaming. Harga kartu SIM disini lumayan mahal namun biasanya sudah preloaded (terisi) pulsa yang bisa langsung digunakan. Itu sudah termasuk Blackberry ready dan paket data yang bisa dipilih pada saat aktivasi. Bila tidak mampu menemukan toko ponsel, gerai waralaba pun menyediakan SIM card. It’s easy to find and use.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...