Kamis, 19 Desember 2013

Regional Runway Safety Seminar (2)

Hari kedua. Kurang lebih acara hari ini masih sama seperti kemarin. Sitting in the same place and listen to their presentations, as usual. Maybe there’s some matter to be discussed according today’s flightplan. Runway Safety Team dan Runway Safety Issues, ditambah Collaborative Approach dalam implementasinya di lapangan.


Anyway, hari ini saya lebih banyak berinteraksi dengan peserta lain. Saya bertemu seorang manajer IATA, bertanya soal training plan untuk tahun depan. Barangkali saja bisa diajukan untuk program tahun depan. Rasanya, tiada yang berbeda usai gala dinner semalam. Kecuali, saya menangkap aura awkward ketika bertemu Mrs. Kim. We just laughing freely last night and getting awkward now. Feels like nothing ever happened between us. :))))


Mencoba Serius
Sore ini saya berencana untuk berjalan-jalan ke KLCC. Entah bagaimana, yang jelas arus mainstream terlanjur membawa saya kesana. Rasanya tidak sah kalau belum ambil foto di Twin Tower Petronas yang terlanjur mendunia itu. Barangkali, itulah lambang eksistensi masa kini supaya orang bisa berkata: wow, you’ve been there.

Kami bertiga yang orang Indonesia ini berjalan kaki menuju KLCC. Menyusuri Jalan Sultan Ismail hingga perempatan Jalan Dang Wangi lalu belok ke Jalan.... Sore ini KLCC tidak begitu ramai. Tampak beberapa turis asing mengambil gambar secara sporadis. Saya juga tidak ketinggalan untuk mengambil foto berlatar lambang supremasi kejayaan ekonomi Negeri Jiran.

Tiis Jaya Runner @ Twin Tower
Puas berfoto, kami masuk ke Suria KLCC, mall 5 lantai yang jadi bagian dasar Petronas Tower. Tadinya, saya ingin naik dan menyebrang di bridge penghubung dua menara kembar ini. somehow, karena kalah suara saya pun urung naik. Dua orang teman sudah lebih dahulu mencobanya dan hanya berkomentar: gak usah lah, mahal.

Sebelum lupa, alasan saya memilih untuk berjalan kaki menuju KLCC adalah agar bisa lihat Zouk lebih dekat. Saya mengalami zaman anak nongkrong MTV yang bermimpi untuk bisa party di Zouk Kuala Lumpur. Malam belum turun, tapi saya sudah menunaikan satu keinginan saya.


Akhirnya, kami menuju toko buku Kinokuniya di lantai paling atas. Saya langsung mencari pembatas buku dan kartu pos lalu ke Comic section. Saya membeli sebuah buku ilustrasi karakter komik dan beberapa pembatas buku. Satu diantaranya aseli made in Jerman dan hanya tinggal satu-satunya. 

Kami melanjutkan acara sore ini dengan melihat toko peralatan olahraga. Bisa dibilang harga apparel disini tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Sepintas, potongan dan diskon yang diberikan terlihat cukup menggoda. Namun, bila dihitung dengan kurs rupiah, tentu saja harganya kurang lebih sama. Bedanya, kalau sudah terlanjur disini pasti beli, kalau sudah di Indonesia pasti tidak akan jadi beli. Begitu kata Mas Iwan, seorang kawan dari ConocoPhillips.

Diam-diam saya naksir sepatu CATerpillar yang diskon setengah harga. Saya suka pada modelnya. Namun, niat itu urung terlaksana karena saya ingat ini belum waktunya untuk mengganti ‘ban’. Godaan dari kawan-kawan sempat membuat saya goyah. Karena saya masih akan kembali ke KL minggu depan maka saya putuskan untuk menunda. Mudah-mudahan masih kena diskon setengah harga. \^_^/

Sebenarnya masih ada satu barang incaran: CD album cinta gue, Olivia Ong. Saya tidak berhasil menemukan toko musik di Singapura bulan September lalu karena kehabisan waktu. Maklum, hanya one-day-tour. Padahal, Olivia Ong menjadikan Singapura sebagai homebasenya. Alhasil, tak lama usai memendam keinginan di toko sepatu, saya segera menuju Video Ezy.

Saya langsung bertanya to-the-point apakah mereka menjual album Olivia Ong. Ya, mereka menjualnya. Album A Girl Meets Bossanova 1 & 2 yang lebih dulu saya unduh dari internet. Saya penasaran karena mungkin saja mereka menyimpan album lainnya. Voila! Saya mendapatkan album Live Olivia Ong dual edition CD + DVD dengan harga 39,90 RM. It’s really worth! Saya pun bisa melepas rindu pada live performance Olivia Ong yang jarang ada di Youtube.

Olivia: LIVE

Lelah berjalan-jalan, kami menjajal foodcourt Suria KLCC yang ada di lantai 2 yang sore ini penuh dengan orang kantoran yang baru pulang kerja. Sekilas, saya dapat menyimpulkan bahwa tingkat penghasilan rata-rata kelas menengah disini sudah lebih dari cukup untuk menghabiskan pendapatan dengan makan tiga kali sehari di tempat semacam ini.

Pilihan menunya variatif. Bila ingin mencicipi makanan lokal dengan cita rasa fastfood, disinilah tempatnya. Roti, cane, teh tarik, kari kambing, dan ragam pilihan lainnya sungguh menggoda lidah. Namun, pilihan kami jatuh pada restoran teriyaki. Sesekali mencoba penganan khas Jepun (sebutan orang Malaysia untuk Jepang) di negeri orang. Harga makanan disini rata-rata berkisar antara 10-50 RM, tergantung kelas restoran yang dipilih. Yang terpenting, mostly halal.

Water Dancing Attraction - Suria KLCC

Hari mulai gelap. Tidak terasa sudah pukul 7 waktu bagian Kuala Lumpur. Kami melanjutkan perjalanan ke bagian belakang Suria dimana terdapat sebuah danau buatan. Disitu ada pagelaran Water Dancing setiap malam. Air mancur ditata sedemikian rupa dengan tampilan warna pelangi yang menarik. Melihat penampilan air mancur yang bisa menari semacam itu saya jadi membayangkan bila air mancur di Bundaran HI bisa melakukan tarian yang lebih dari Water Dancing KLCC. Goyang ngebor atau gergaji, misalnya.

Gerimis pertama saya di Kuala Lumpur pun turun perlahan. Kebetulan kami sudah lelah dan ingin beristirahat. Mungkin tadi kami terlalu serius di ruang seminar. Sehingga belum genap pukul 9 malam, kami semua sudah menguap pertanda kantuk mulai menguasai.

Gerimis berubah segera menjadi hujan. Kami segera mencegat taksi di pelataran lobi Tower 2. Kami naik Executive Taxi menuju hotel. Jalanan mulai sepi. Namun, kerumunan muda-mudi di Zouk yang kami lewati menandakan bahwa malam masih terlalu pagi.

Episode Mencari Fog Lamp di Negeri Jiran (1)

Tiba di hotel, saya tidak bisa langsung pergi ke kamar. Titipan Paman belum berhasil saya dapatkan. Saya sempat kaget ketika Paman saya menitip dibelikan fog lamp untuk Sirion miliknya. Saya baru tahu ternyata Daihatsu Sirion yang beredar di Indonesia adalah CBU asal Malaysia. Dibuat oleh pabrik mobil bernama Perodua (baca: Produa ; ya mirip saluran radio milik RRI). Sejatinya, dinamai Perodua Myvi. Daihatsu Sirion 2010 facelift milik Paman saya serupa dengan Perodua Myvi 2008 disini. Pantas saja, sepanjang perjalanan dari KLIA ke hotel saya menemukan banyak mobil yang serupa.

Perodua Myvi a.k.a Daihatsu Sirion 2011 Facelift
Saya masih berada di lobi hotel dan mulai browsing toko-toko aksesoris mobil. Saya berusaha mendapatkan fog lamp versi original dari pabrikan. Setengah jam, saya hanya mendapat fog lamp third party (bukan aseli pabrik) di portal forum.lelong.my (mirip kaskus) dan forum.lowyat.net . saya pun sudah mendapat referensi langsung dari Sirion versi asli Perodua. Saya sengaja mengambil foto fog lamp yang terpasang dari setiap Perodua Myvi yang saya jumpai di tempat parkir umum.

Saya tidak berhasil menghubungi penjualnya. Saya pun hanya meninggalkan email berisi inquiry soal barang yang saya carai. Semoga besok ada jawaban dan saya bisa bawa pulang hari Kamis. Saya pun tidak cukup dapat informasi soal daerah/pasar yang menjual onderdil mobil. Beberapa staf hotel dan supir taksi yang saya tanyai pun tidak dapat memberikan informasi yang saya minta.

Saya merasa mulai ada beban. Saya harus segera menemukan fog lamp original itu. Entah bagaimana caranya. Saya ingin kunjungan saya minggu depan tidak direpotkan dengan urusan ‘Mencari Fog Lamp di Negeri Jiran’.

Saya kembali ke kamar dan langsung memutar DVD konser Olivia Ong. Ah, malam ini memang seharusnya menyenangkan. Tiba-tiba saya ingat rasa bersalah karena tidak mengajak seorang kawan perempuan yang juga dari Indonesia untuk ikut jalan ke KLCC. Saya jadi ingat lagi kejadian di meja All Indonesian Final malam kemarin. Diam-diam, saya berniat akan menghabiskan banyak waktu dengannya sebelum kembali ke Indonesia.

Yang jelas, malam ini saya menikmati kembali manis lembut vokal Olivia Ong yang menyanyikan lagu favoritnya, Bittersweet, di urutan kelima. My favourite number. Lantas, apa hubungannya?


Kuala Lumpur, 20 November 2013.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...