Jumat, 27 Desember 2013

COBIT 5 Foundation Training (4-tamat)

27 November 201 - D-Day

Saya teringat sebuah kisah, entah benar atau tidak, bahwa setiap orang yang belajar ke luar negeri atas biaya negara pada zaman kemerdekaan harus berhasil menempuh masa pendidikannya. Bila tidak, mereka akan dicap sebagai pengkhianat negara. Saya pun tidak yakin bila hal itu adalah fakta yang benar-benar terjadi. Hal ini cukup membuat saya terpacu. Saya tidak datang kesini untuk gagal.

Kami datang benar-benar terlambat. Kami tidak menyangka bahwa lalu lintas akan sedemikian macetnya pagi ini. Kami terlihat begitu terburu-buru ketika masuk kelas. Mr. DLJ pun hanya tertawa sambil bergurau. Look at them, they must be had a great party last night. Gurauan itu berhasil membuat seisi kelas tertawa. Saya mengelak dan meyakinkan teman-teman bahwa kami memang belajar semalaman hingga terlambat bangun. Namun, akibat peer pressure akhirnya saya katakan pada mereka bahwa we had a great night in Zouk.

Materi hari terakhir ini hanya mereview sekilas dan memantapkan prinsip-prinsip dasar COBIT 5. Kami diberi beberapa clue mengenai hal-hal yang akan ditanyakan dalam ujian. Kami pun diberi waktu setengah jam untuk mengerjakan soal yang diberikan. Kami masih punya waktu 90 menit setelah istirahat makan siang untuk melakukan persiapan sebelum ujian.

Saya menghabiskan 30 menit pertama di meja makan saja. Kami mengobrol dengan beberapa rekan dari Malaysia. 30 menit berikutnya saya kembali ke kelas dan membaca modul. Saya tidak yakin hal ini akan berhasil sepenuhnya. Saya ingat cerita Bu Winda, guru Fisika SMP, yang menghabiskan malamnya dengan istirahat penuh supaya bisa mengerjakan ujian dengan fisik yang prima. Atau cerita Sandra, yang setiap mau ujian selalu minum Calpico soda sambil berjalan-jalan di sekitar komplek.

Saya menghabiskan waktu yang diberikan hanya untuk menghilangkan ketegangan. Saya kirim pesan lewat BBM pada Bapak dan Ibu, minta didoakan supaya bisa mengerjakan soal dengan lancar. Intinya, saya ingin mereka mendoakan saya supaya lulus. Empat batang rokok pun menemani saya membunuh waktu. Saya merasa siap untuk ujian siang ini. Saya akan lulus dan melapor pada Direktur bahwa kami berhasil menempuh sertifikasi ini.

The Exam

 
Sebelum mulai mengerjakan soal dan mengisi lembar jawaban, kami mengisi lembar aplikasi ujian terlebih dahulu. Mirip yang dilakukan para calon pilot itu di kantor kami. Saya sepenuhnya sadar bahwa kegagalan hari ini akan dibayar dengan harga yang mahal. Sekali lagi, saya ingin pulang dengan kepala tegak.

Saya mengerjakan 50 soal dengan hati-hati. Itu pun tidak cukup karena waktu yang hanya 40 menit. Saya pelan-pelan mengedurkan tekanan agar tidak mengganggu konsentrasi. Biasanya, masalah akan mulai terjadi pada memori/ingatan. Saya berhasil melaluinya hingga Mr. DLJ mengingatkan sisa waktu tinggal 10 menit. Saya merasa mantap dengan jawaban saya. Hingga akhirnya saya menemukan 10 soal yang belum saya isi. Alamak! 1 menit untuk 1 soal. Saya dipaksa berpikir cepat hingga isyarat tanda ujian berakhir. Saya yakin mampu lulus dari ujian ini  dengan passing grade minimal.

Kami diberi waktu jeda 20 menit. Kami saling bertukar cerita dengan teman-teman sekelas. Saya hanya ingin tertawa mengingat persiapan saya semalam. Ah, kalau Tuhan memang mau kasih, Tuhan pasti kasih lulus. Selama waktu itu, Mr. DLJ memeriksa lembar jawaban kami semua dan akan mengumumkan hasilnya.

Kami pun dipanggil masuk kelas untuk pengumuman hasil ujian. Mr. DLJ mengucapkan terima kasih karena baru pada sesi training kali ini ia mendapatkan skor rata-rata peserta yang cukup baik. Ia telah memegang daftar nilai masing-masing peserta. Ia pun segera berkeliling mendatangi peserta satu per satu sambil menunjukkan skor. Kami dilarang memberi tahu hasil satu sama lain sebelum ia selesai berkeliling.

Saya kaget karena hasil ujian saya diluar ekspektasi sebelumnya. Keberuntungan pemula, meniru kata Paulo Coelho. Saya mendapat skor 32 atau passing grade 64%. Sementara, dua kawan lain 52% dan 70%. Artinya, saya tidak terlalu salah kali ini. Saya bersyukur saya mampu melewati ujian ini. Saya berterima kasih pada teman, kolega, dan orang tua yang telah mendoakan.

Anyway, hasil ujian tertinggi diraih Martin Tomanek, seorang business analyst  yang bekerja untuk DHL Asia Pacific di Selangor. Martin ini berasal dari negerinya Pavel Nedved. Kami mulai mengobrol akrab sejak dia tahu bahwa saya user LinkedIn. Some people prefer LinkedIn rather than Facebook. Martin bercerita bahwa dia tidak akan lama lagi berada di Malaysia. Martin akan kembali bekerja untuk DHL di Czech. Saya janji akan menemuinya bila suatu saat nanti punya kesempatan mengunjungi negaranya Vaclav Havel itu.

This is The End Beautiful Friend

Kelas ditutup dengan sesi foto bersama. Kami saling bertukar kontak. Saya merencanakan sesuatu malam ini. Zouk mungkin bukanlah pilihan yang terlalu salah. Saya bertanya apakah ada rekan Indonesia yang ingin ikut. Rupanya, kolega dari BEJ mulai memberi kode. Yeah, baby i’m a single man so do you, let’s have a party, let’s celebrate this day!

Alumni COBIT 5 Foundation Course - ALC KL 2013

Saya pun membuat janji dengannya. Entah siapa dulu yang akan menghubungi yang jelas kalau memang dia mau saya akan menemaninya. Rabu malam adalah malam yang sempurna untuk party, kata seorang kawan dari Telecom Malaysia.

Kami masih punya banyak waktu sebelum malam turun. Lagipula, saya masih harus pergi ke bengkel Perodua di Keramat untuk mengambil urusan pesanan fog lamp. Saya berpisah dengan kawan-kawan yang ingin pergi jalan-jalan ke Pasar Seni (Central Market).

Episode Terakhir Mencari Fog Lamp di KL

The traffic was too crowd saat saya keluar dari Double Tree. Kemacetan terjadi dimana-mana. Tidak ada taksi yang mau jalan. Saya pun harus berjalan 2 kilometer lebih sebelum menemukan taksi yang searah dengan tujuan saya. Rupanya, rumah si supir taksi memang berdekatan dengan lokasi bengkel Perodua. Dia pun tidak keberatan untuk menunggu.

Saya menemui sales yang mengurus pesanan kemarin. Saya membayar sisa tunggakan sebesar 255 RM. Akhirnya, saya berhasil mendapatkan target buruan utama di Kuala Lumpur ini. Paman saya pasti akan senang sekali. Saya berharap bahwa besok fog lamp ini tidak akan jadi masalah di imigrasi.

By the way, ada alasan lain dibalik kenapa saya harus mendapatkan fog lamp ini di KL. Selain memang pabriknya disini, ternyata teknisi bengkel resmi Daihatsu pun mendapatkan barang yang sama disini. Konsumen harus membayar harga berkali-kali lipat untuk mendapatkan sepasang fog lamp tipe ini. Itu pun kalau tidak inden. Makanya, si teknisi rela pulang-pergi Jakarta-KL untuk mendapatkan barang aslinya disini dengan uang yang dibayar konsumen tadi. Hello, that’s my money!

Saya merasa lega karena dua target utama benar-benar saya capai. Lulus ujian dan berhasil mendapatkan oleh-oleh fog lamp. Saya pun naik taksi yang sudah menunggu menuju Stasiun Keramat. Dari situ saya akan menuju Stasiun Central Market dimana dua kawan saya sudah menunggu di Central Market (Pasar Seni KL).

Saya membayar 2 RM untuk tiket Keramat-Central Market. Semakin jauh tujuan anda, maka harga tiket akan semakin murah.

Kami belanja oleh-oleh seperti kaos dan souvenir di Central Market ini. Penduduk lokal menyebutnya Pasar Seni. Letaknya dekat Jalan Petaling atau Chinatown. Kami hanya sejam disana karena sudah malam dan banyak toko yang tutup. Saya membeli beberapa potong kaos dan 3 CD bekas seharga 10 RM. Saya namai mereka The Heroes from 90s.

Savage Garden, Meja, and Annie Lennox
Malam makin meninggi dan saya belum mendapat kabar dari Ms. D ketika kembali ke hotel. Pun, saya tidak bisa menghubunginya karena kami tidak tahu nomor ponsel kami masing-masing. Yes, pesta malam ini pun batal karena sebuah alasan yang konyol. Padahal, saya masih punya kesempatan untuk muncul tiba-tiba di depan kamarnya. Seperti biasa, saya membuat penyangkalan bahwa saya terlalu lelah seharian ini.

Saya dan Andre pun menghabiskan makan malam terakhir di Nasi Kandar Penang. Rasanya, kami akan merindukan menu-menu disitu.

Before and After

28 November 2013: Back to Indonesia


Kamis ini kami dijadwalkan terbang pukul 14.50 waktu bagian Kuala Lumpur. Saya ingat bahwa seorang kawan menitip kaos yang ada tulisannya ‘Sepang Formula 1 Circuit’. Saya tidak mungkin pergi ke Sepang, karena itu saya mencoba pergi ke Kuala Lumpur Tower dimana terdapat merchandise shop dan simulator F1. Pengunjung cukup membayar 40 RM untuk merasakan sensasi balapan F1. Pada waktu tertentu, diadakan juga balapan bersama.

View from KL Tower Lobby
Sepagian ini saya menghabiskan rasa penasaran dengan berjalan-jalan ke KL Tower. KL Tower ini adalah bangunan telekomunikasi milik Celcom. Banyak atraksi wisata lainnya di kawasan KL Tower. Ada Bird Park, Horse Riding (mirip di D’Ranch Lembang), atau naik dan makan di restoran yang ada di puncak KL Tower.

Saya hanya menunggu F1 Shop ini buka. Saya menunggu hanya untuk sebuah jawaban nihil. Penjaga toko menyarankan saya untuk pergi ke Sepang Circuit. FYI, KL Tower ini unik. Untuk mencapai lobi dan turun-naik, pengunjung harus naik bis shuttle gratis yang disediakan setiap 15 menit. Disini juga turis bisa mendaftar untuk mengikuti one day tour KL. Kalau tidak salah, tur ini akan mengunjungi 23 tempat wisata di KL dengan tarif 140 RM. Bila anda first timer di KL, tidak ada salahnya mencoba paket tur ini.



Saya segera kembali ke hotel dan pergi ke KLIA tepat jam 10.30. Kami naik taksi tembak yang meminta tarif 90 RM sudah termasuk tol. Kami pun setuju tanpa menawar lagi. Itu sudah harga yang murah. Tarif taksi argo pun biasanya bisa mencapai 140 RM.

Saya sempat cemas karena fog lamp yang saya bawa ini. saya menegaskan bahwa bila ada sesuatu yang terjadi pada saya, just in case saya ditahan imigrasi, saya persilahkan kawan saya untuk meninggalkan saya. Saya akan menyusul pulang  setelah urusan saya beres. Do It At Your Own Risk, saya selalu pegang paham itu karena saya cukup sadar bahwa mungkin saja barang bawaan saya menjadi masalah.

Finally, saya pun lolos. Imigrasi tidak menaruh curiga. Saya menaruh fog lamp itu dalam dus aslinya beserta oleh-oleh makanan dan kaos. Semoga lolos lagi di scanner kedua sebelum naik pesawat. Menjelang pintu keberangkatan, saya kaget karena antrian sudah memanjang. Saya tidak tahu ada apa, apakah musim liburan sudah dimulai? Ternyata, kami satu pesawat dengan rombongan kru tur keliling dunia Alicia Keys yang kebagian tampil di Jakarta besok Jum’at.

Kami pun boarding. Tak lama pesawat meninggalkan KLIA tepat pada waktunya. Samar-samar kebun sawit itu menjauh, menghijau, hingga akhirnya lenyap bagai titik embun di pagi hari. *halah

This is the end beautiful friend.


Kuala Lumpur – Jakarta, 28 November 2013.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...