Selasa, 31 Mei 2016

Argo: A Happy Ending for USA Hostages

Welcome to Iran. Courtesy: IMDB www.imdb.com
Saya pikir film ini bercerita tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia, terutama ketika PT. KAI mulai menggunakan kereta berlabel ‘Argo’. Saya kira juga film ini adalah biografi dari seorang teman SMP. Saya heran karena mengapa tiba-tiba Argo teman SMP saya jadi agak mirip Ruud van Nistelrooij, mantan pemain PSV, MU, dan Real Madrid. 

Saya baru yakin film ini adalah film keluaran Hollywood ketika beberapa teman di Twitter ramai membicarakan acting Ben Affleck dalam film ini, medio 2012 lalu. Beberapa bahkan sangat memuji penampilan Ben Affleck. Saya rasa, itu karena mereka gampang tergoda dengan sosok lelaki berjambang dan yang paling penting adalah: mereka masih jomblo. They expecting to have a good looking man like Affleck. Sorry, ladies. You’re not Jennifer Garner, though.

Well, ‘Argo’ sendiri adalah sebuah codename rahasia CIA untuk membebaskan 6 orang sandera yang berhasil lolos dari penyerbuan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran, Iran, oleh Garda Revolusi Iran pada tahun 1979 silam. Keenam warga AS yang berhasil lolos itu lari ke rumah Duta Besar Kanada untuk Iran. Selanjutnya, mereka menunggu untuk dibebaskan dari Iran atau ditangkap oleh pasukan Garda Revolusi. CIA memang berusaha untuk membebaskan mereka namun masalahnya klise. CIA dihadapkan pada situasi dengan solusi terbatas.

Opsi untuk pembuatan film dari sebuah rumah produksi bisa membantu operasi pembebasan sandera. Skema ini beresiko besar karena seorang agen harus masuk ke Iran dan ‘mendidik’ keenam sandera menjadi kru film berjudul ‘Argo’. Tokoh superhero fiktif. Dengan bantuan beberapa kenalan produser, akhirnya CIA menyetujui operasi ini.

Crew Briefing. Courtesy: IMDB www.imdb.com
Seorang agen, Tony Mendez, diturunkan untuk menyamar sebagai co-produser untuk film ‘Argo’. Ia mengubah identitasnya menjadi orang Kanada untuk menghindari kecurigaan. Maklum, saat itu sentimen anti-USA sedang bergaung di Iran. Usai masuk Teheran dan bertemu keenam sandera, ia mulai melakukan misinya. Sebagian sandera menganggapnya hanya sebagai pembawa misi bunuh diri belaka, namun tetap ada harapan untuk sebagian sandera yang lain. The last option they had.

Ketegangan mulai meningkat ketika mereka survei untuk lokasi pengambilan gambar di satu pasar. Karena kurang berhati-hati, kehadiran mereka memicu kegaduhan sehingga mereka menyudahi survey hari itu. Di sisi lain, intelijen Garda Revolusi berhasil mengambil foto mereka untuk dicocokkan dengan data di Kedutaan Besar.

A Long Way Home. Courtesy: IMDB www.imdb.com
Klimaks tercapai ketika Tony Mendez menggiring para sandera untuk pulang. Ujian pertama mereka adalah perjalanan menuju Hyderabad International Airport. Penjagaan yang berlapis juga jadi batu halangan menuju kebebasan mereka. Panggilan boarding sudah last call sementara mereka bertujuh masih berhadapan dengan pasukan Garda Revolusi yang curiga. Setelah mendapat balasan telepon dari seberang yang meyakinkan mereka adalah kru film, pasukan penjaga segera mengizinkan mereka lewat dan naik pesawat. Selanjutnya, the road to freedom has just started.

Catatan Kolumnis Dadakan

Menikmati film ini dari ketinggian 37.000 kaki adalah pengalaman yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Dengan latar belakang sejarah hubungan Iran-USA yang terbatas, saya dapat menebak bahwa keenam orang ini bisa lolos keluar dari Iran. Saya juga dengan mudahnya menebak lagi bahwa urusan clearance untuk proyek pembebasan sandera ini mendapat ganjalan dari Pemerintah USA. Walaupun begitu, saya tetap duduk tenang menyaksikan bagaimana film ini berakhir. Sebuah happy ending, tentunya.

Ada beberapa catatan dari saya mengenai aspek produksi film ini. Karena waktu landing masih lama, saya menyempatkan waktu untuk menonton film ini sampai benar-benar habis. Makanya, saya baru tahu film ini diproduseri oleh George Clooney. Argo berhasil menjadi momentum bagi debut directorial Ben Affleck. Yes. Ben Affleck turut menyutradarai film ini, tidak hanya sebagai pemeran utama. 

Sebagai film Hollywood dengan pendapatan kotor sebesar 139 juta dolar (2013), ‘Argo’ masih menyisakan beberapa tanda tanya. Keakuratan sejarah menjadi faktor utama bagi para kritikus film. Adegan pasukan Garda Revolusi mengejar 747 Swiss Air dipertanyakan sebagai sebuah realita atau hanya imajinasi pembuat film belaka. Selain itu, sebagaimana layaknya film Amerika, isu patriotisme dan nasionalis penuh kemenangan menjadi unsur pelengkap bagi hegemoni Amerika Serikat. Film ini berhasil melengkapi hegemoni Amerika Serikat dalam ranah fiksi.

Judul           : Argo
Sutradara    : Ben Affleck
Cast            : Ben Affleck, Bryan Cranston, Alan Arkin, Clea DuVall, Kyle Chandler
Durasi        : 120 menit
Tahun         : 2012
Produksi     : Warner Bros
Genre         : Drama-Thriller

Cipayung, 28 Mei 2016

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...