Jumat, 12 September 2008

Selendang Air Batal Terbang - Catatan Seorang Pilot

Kabar yang tiba pagi ini dari sebuah harian ibukota memang membuat perasaanku sedikit lega. Beginilah ceritanya.

*****

Larangan Terbang dan Pembatalan Keberangkatan Tujuan Negeri Kabut

JAKARTA, KEMPES (12/9) - Dengan masih diberlakukannya larangan terbang untuk airline Indonesia ke Uni Eropa maka Indonesia telah kehilangan potensi pemasukan dari sektor pariwisata. Namun, hal ini tidak menjadi masalah bagi Selendang Corporation, holding company dari Selendang Air yang berbasis di Bandung dan Singapura. Selendang Air kini mengoperasikan hanya 1 unit pesawat jenis Boeing 777-228ER yang berada di Singapura untuk penerbangan internasional dan 1 unit Boeing 737-200 untuk penerbangan domestik antar kota. Ketika ditanyai mengenai jumlah armadanya itu, Aninda, GM Corporate Communication Selendang Air hanya mengatakan bahwa mereka sedang menunggu kedatangan 2 unit pesawat baru jenis BAe 146 Learjet dan Airbus A380. "Larangan ini jelas bukan masalah bagi kami karena kami masih bisa terbang ke Eropa sana dengan menggunakan bendera Singapura. Ini bukan masalah nasionalisme, ini murni bisnis semata." seperti yang diungkapkan oleh Selendang Merah, CEO Selendang Corporation (SLEC). Hal ini diungkapkannya dalam acara press conference "Negeri Kabut: Delayed" kemarin di Selendang Grand Hotel. Pembatalan ini terpaksa dilakukan oleh SLEC karena peringatan dari Departemen Transportasi dan Departemen Pariwisata Negeri Kabut. Hampir semua calon penumpang mengaku tidak keberatan atas pembatalan ini karena mereka telah mendapatkan penjelasan yang sedetail mungkin dari SLEC dan pengembalian penuh (refund) telah dilakukan. "Yang jelas dengan pembatalan ini kami masih punya waktu untuk mempersiapkan lebaran tahun ini" jelas Johnny, seorang Pengusaha yang batal berangkat ke Negeri Kabut.

*****

Aku hanya terdiam sebentar untuk melanjutkan bacaanku sambil berpikir. Aneh sekali tulisan itu. Fokus tulisan itu kemana? Apakah imbas larangan terbang mempengaruhi kinerja Selendang Air atau malah konferensi pers tentang pembatalan pemberangkatan ke Negeri Kabut.

Yang pasti dengan adanya berita itu aku masih bisa santai. Betul apa kata si Pengusaha itu. Aku jadi punya banyak waktu untuk menyiapkan lebaran tahun ini. Aku juga masih belum tahu apa aku akan jadi berlebaran karena belum ada pengumuman resminya kapan mulai libur dan yang paling penting adalah kapan THR akan dibagikan. Di hari puasa yang ke-12 ini aku masih bisa santai. Sambil tetap mempersiapkan diri untuk terbang. Boeing 777 yang baru itu masih dalam proses final check untuk dibawa ke Indonesia.

Setidaknya, jadwal ujicoba pesawat baru sudah keluar. Madura-Madrid, Jakarta-Jepara, Bandung-Bandar Seri Begawan, dan Malang-Maladewa. Aku malah bingung, ini jadwal terbang pesawat atau apa. Aku sedang tidak ingin memikirkannya. Aku hanya ingin memikirkan dia.

Terlepas dari berita yang kubaca ini. Aku bertemu dengannya kemarin. Aku pernah cerita tentang dia kan? Yang dulu pernah kuajak dangdutan di Gasibu. Aku bertemu lagi dengannya. Namun kini dia tidak lagi sebagai pramugari. Sejak dia resign dari Selendang Air, aku tidak tahu lagi kemana jejaknya. Namun, kemarin dia terlihat berbeda walau masih dengan lipstik merah menggoda. Dari Nicole Kidman sampai Nicole Richie belum pernah aku lihat yang seperti dia. Aku hanya mengamatinya sekilas dari jauh tanpa menyapanya. Aku ikuti dia hingga ke parkiran. Sudah ada lelaki yang menunggunya. Siapa dia? Aku sedikit terkejut. Hah, yang kaya begini ini sudah sering kurasakan jadi aku tinggalkan saja dia. Dan tiba-tiba saja, sekarang, keesokan harinya, aku ingin memikirkan dia.

Apakah aku mulai terbakar api cemburu yang dahsyatnya bagai api yang membakar Alengka*)? Aku rasa tidak, mungkin saja lelaki itu hanya supirnya yang selalu menunggunya. Berarti, hebat sekali dia, sudah jadi apa dia sekarang? Atau mungkin saja seseorang telah menjemputnya dan janjian bertemu di parkiran? Masuk akal. Atau? Ahhhh, Kalau sudah begini pasti masih banyak atau yang lain. Entah mengapa aku tiba-tiba begini. Padahal, dia sudah lenyap dan berlalu dari hidupku. Aku tidak akan banyak bertanya lagi. Aku hanya ingin diam dan sendiri sambil melanjutkan tidurku.


Bukit Pakar Timur 100, 12 September 2008, 16.55


*) dari cerita wayang Ramayana, bagian Hanoman Membakar Alengka

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...