Selasa, 26 Agustus 2008

Seorang Lelaki dan Pantai

Bung, pagi ini rasanya tidak ada yang berbeda kecuali koleksi akuarium saya yang bertambah. Bagaimana Bung, apakah koleksi perpustakaan anda bertambah juga? Punya buku tentang merawat ikan arwana? Kalau ada, barangkali setelah saya gajian, saya mampir ke perpustakaan anda. Semuanya terlihat biasa saja sampai saya membaca surat dari anda di e-mail saya. Sebuah surat yang mirip catatan anda untuk melangkah pasti setelah setengah dasawarsa mengenal dia.

Bung, masih ingat kan sama kawan kita yang minggu kemarin merayakan dirinya sebagai belut jantan yang akan segera menjelma menjadi ular kobra dengan menyunting seorang mojang Garut yang senang sama lagu dangdut "Wakuncar" itu. Rasanya, belum lama setelah dia melakukannya di Garut anda pun melakukan hal yang sama pada seorang perempuan yang berumah di tepi pantai. Sebuah pantai yang pernah porak-poranda karena Tsunami beberapa waktu yang lalu.

Tulisan anda benar-benar membuat saya kagum atas keberanian atas pilihan yang anda ambil. Bukan tanpa resiko tetapi benar-benar membuktikan suatu kesungguhan atas pilihan untuk menggenapkan setengah dari Agama-Nya. Saya hampir tidak bisa berkata-kata. Kalau boleh menangis saya tentu akan menangis bahagia dengan air mata bahagia pula yang takkan berlanjut jadi duka.

Saya kagum pada anda. Anda tidak banyak berkata-kata. Anda mungkin punya rencana, tapi anda hanya bisa berkata menjelang keberangkatan dengan kaus kaki yang belang itu. Anda mungkin hanya menunggangi bus kencana ke arah pantai itu. Anda tidak berangkat dengan keangkuhan dari sebuah Mercy, Camry, Innova atau bahkan Avanza sekalipun. Anda berangkat dengan niat yang tulus untuk sebuah pengharapan yang akan anda labuhkan di pantai itu.

Membaca tulisan anda membuat saya tidak bisa berharap apa-apa lagi tentangnya. Semua yang pernah saya ceritakan pada anda dan dia tentu sejak saat ini hanya akan menjadi omong kosong belaka. Omong kosong yang membuat saya malu karena saya tidak (baca:belum) bisa membuktikannya. Omong kosong itu mungkin layaknya semua omong kosong yang ditulis oleh Togog dalam buku Seno Gumira Ajidarma yang sempat saya ceritakan kemarin.

Mungkin waktu saja yang belum berpihak pada saya. Apapun itu, saya rela dan saya terimakan. Tetapi khusus untuk Bung, tentu saya berharap yang terbaik untuk anda dan dia. Semuanya. Semoga apa yang telah anda rencanakan berjalan lancar dan berada di bawah naungan Ridho-Nya. Semoga anda berhasil menemukan senja yang tidak pernah pudar di pantai tanah suci anda itu.

Salam dari Bukit,


Bukit Pakar Timur 100, 26 Agustus 2008, 15.27

NB: Semua armada darat & pesawat Selendang Air sedang dimaintenance jadi maaf tidak bisa ikut mengantar


*) teruntuk seorang sahabat, Acep & Ima, anda inspirasinya


Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...