Sabtu, 09 Agustus 2008

Sebab Hidup Tak Bisa Menunggu

Apa yang salah bila hidup ini kuhabiskan untuk menunggu? Menunggu adalah bagian dari pertemuan itu juga. Aku tidak pernah keberatan menunggu siapa pun berapa lama pun selama aku mencintainya*.

Memang apanya yang salah bila memang aku hanya menunggu dan menunggu? Apa lagi yang kutunggu? Apakah aku sedang menunggu datangnya sebuah pekerjaan? Atau menunggu suatu kesempatan untuk keluar negeri? Aku tidak mempermasalahkan itu.

Aku hanya merasa aneh mengapa hidup selalu membuat kita tidak harus selalu menunggu. Apakah karena kenyataan hidup yang entah bagaimana rupanya membuat setiap orang merasa harus mencari dan bergerak untuk hidup itu sendiri? Apakah deru dan derap langkah metropolitan telah mempengaruhi setiap orang untuk jangan berdiam diri? Mengejar apa? Omong kosong, kemewahan dunia, Tuhan yang entah abstrak atau memang ada, atau apa?

Kalau memang begitu, aku hanya ingin diam disini saja. Menunggumu. Hanya menunggumu. Bila suatu saat engkau kehilangan arah. Aku masih disini bila suatu waktu nanti pesawat yang kau tumpangi tak lagi mampu mencari dimana bandara terdekat. Bila kau lihat sebuah ladang disitu. Beranikan dirimu untuk terjun.

Disitulah aku berada. Untukmu. Hanya untukmu.


**Kalimat judul diatas adalah sebuah tag line iklan shampoo yang muncul di televisi pada semester pertama tahun 2008.

* Seno Gumira Ajidarma, Linguae, Gramedia, 2007; hal.28

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...