Kamis, 14 Agustus 2008

Lihat Sekitar Kita

Sore,

Bung, mungkin anda sudah pulang ketika tulisan ini siap untuk diposting. Tapi tak apa, Bung bisa main lagi kemari esok hari. Begini Bung, sore ini saya membaca sebuah katalog punya Pak Naryo. Sebuah katalog pameran petani di Yogyakarta. Bung, pernah dengar Rumah Seni Cemeti yang digagas seorang Londo bernama Mbak Mella Jaarsma. Saya yakin anda tahu, katanya anda sempat dikirimkan kursus singkat di UGM ya.

Itulah sebuah contoh bagaimana hubungan keberadaan sebuah lembaga ruang publik dengan masyarakat disekitarnya. Saya kira cuma seniman saja (atau calon seniman, atau malah seniman jadi-jadian) saja yang bisa pameran disitu. Ternyata tidak, Bung. Para petani (yang jelas-jelas Rakyat!) justru menampilkan semua yang mereka bisa. Ada art performance, maupun karya-karya lainnya.

Bagaimana dengan Perpustakaan yang sedang Bung pimpin? Apakah pernah perpustakaan anda mengajak orang-orang di lingkungan sekitar untuk berpartisipasi-walau hanya sekedar melihat-lihat koleksi yang (lagi-lagi) katanya bersumber dari anggaran negara? Apakah bung pernah memfasilitasi mereka untuk mendapatkan bacaan dan sumber informasi yang menjadi haknya? Atau malah anda tutup mata akan keberadaan mereka di sekitar anda? Waduh, kalau begitu ada yang salah.

Namun, sepenuhnya bukan salah anda Bung. Perpustakaan anda kabarnya berada di kawasan CBD (Central Business District). Saya belum pernah kesana jadi belum tahu pastinya. Bung, pasti belum sadar kalau di kawasan sekitar situ di huni oleh berbagai tingkatan kelas. Mulai General Manager, Manager, Eksekutif, Supervisor, dan Staf. Kenapa Bung tidak mengajak mereka untuk sekedar menumpahkan mumetnya isi kepala akibat tekanan stress dan tuntutan pekerjaan.

Ajaklah mereka sekali-kali. Buatkan pameran seni atau sekedar Lomba Menulis Bebas. Maka nanti Bung tak akan lagi heran ketika membaca sebuah tulisan dari seorang staf yang sangat membenci atasannya-dan ingin membunuhnya hanya karena atasannya terlalu kaku. Atau, catatan seorang General Manager yang kepincut sama stafnya yang janda itu hanya karena dia berparfum Obsession dari Calvin Klein. Hahaha. Itu cuma intermezzo saja. Jangan dianggap terlalu serius.

Bagaimana Bung, apakah anda sudah siap untuk melihat di sekitar kita? Saya kira anda siap dan bisa melakukannya. Bukankah Bung pernah menulis tesis tentang Sosiologi Masyarakat Perkotaan dan Hubungannya dengan Perpustakaan Sebagai Ruang Publik yang telah diuji sehingga Bung mendapat gelar master dengan predikat magna cum laude. Mbak Mella saja yang bukan asli bangsa kita mampu dan berani melakukannya, dan hebatnya pada sekelompok petani, bukan kalangan menengah baru itu, karena hakikatnya seni adalah untuk semua orang. Anda juga tahu informasi adalah hak semua orang kan?. Jadi anda tidak perlu membatasi aksesnya kan?. Semoga anda mau berbuat. Demi kepentingan kita semua. Demi kepentingan Bangsa ini, Bung. Semoga anda mau melihat sekeliling anda Bung. Semoga tirai di Mercy yang anda pasang kemarin tidak menghalangi niat baik anda***). Semoga.

Salam dari Bukit,

Bukit Pakar Timur 100, 14 Agustus 2008, 16.45 WIB

NB: Saya juga mau jadi petani, setiap pagi mengawasi sawah dan kebun naik helikopter kaya Sukab**)


*) Judul tulisan ini mirip dengan judul lagu Krakatau, Lihat sekitar kita. Muncul juga di album Base Jam, Sinergi.
**) Catatan singkat tentang Sukab, di Surat Dari Palmerah, Seno Gumira Ajidarma, KPG, 2002
***) Saat ini, banyak sekali mobil yang dipasangi tirai-terutama di kota besar, setelah booming kaca film, e
ntah karena privasi atau sinar matahari yang memang semakin menyilaukan

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...